Madilog: Buku Warisan Pemikiran Tan Malaka

Madilog merupakan buku warisan pemikiran Tan Malaka yang paling brilian. Buku ini ditulis selama delapa bulan di sebuah pondok reot di daerah Cililitan. Madilog merupakan singkatan dari materialisme, dialektika dan logika.

Tan Malaka menulis Madilog sebagai buku cara berpikir kaum proletan Indonesia. Cara berpikir yang berdasarkan Materialisme (kebendaan yang nyata), Dialektika (pergerakan dan pertentangan) dan Logika. Madilog adalah cara untuk mengikis habis sisa-sisa feodalisme dari bumi Indonesia.

Buku ini diterbitkan kembali oleh penerbit Pusat Data Indikator, suatu lembaga riset yang berada dalam jajaran majalah bulanan ekonomi-politik Indikator Jakarta pada Oktober 1999. Buku dengen tebal 462 halaman ditambah xlix ini berisi tujuh bagian (bab) setiap bagian diisid dengan pembahasan berbagai tema terkait.

Madilog.jpg
Buku Madilog karya Tan Malaka dumber

Membaca buku ini kita diajak untuk mencermati sejarah perjuangan poitik rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Tan Malaka sendiri yang menulis buku ini merupakan seorang pejuang politik yang tanpa pamrih menyerahkan seluruh hidupnya untuk kemerdekaan bangsanya.

Pemikiran Tan Malaka yang dituangkan dalam buku ini masih memiliki relevansi degan perkembangan masyarakat Indonesia masa sekarang dan masa yang akan datang. Tapi karena Tan Malaka dianggap sebagai orang “kiri” maka karya-karyanya dan buku-buku tentang sosok Tan Malaka yang pernah terbit kemudian diberangus oleh Pemerintah Orde Baru (Orba).

Tapi, setelah era reformasi dan orde baru tumbang, buku tentang pemikiran-pemikiran Tan Malaka diterbitkan kembali, salah satunya buku Madilog ini. Pemikiran Tan Malaka sebagai pahlawan nasional kembali diperkenalkan dan disebarluaskan, agar segala kebaikan bisa dijadikan teladan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Buku Madilog ini merupakan karya monumental dari Tan Malaka. Isi buku Madilog ini mencakup suatu konsep tentang cara atau metode berpikir baru yang perlu dimiliki oleh rakyat Indonesia, agar mampu membebaskan diri dari penjajahan dan segala ketidakadilan.

Buku Madilog ini juga merupakan salah satu buku dari seri buku terpilih karya founding father negara Republik Indonesia yang diterbitkan Pusat Data Indikator dalam apa yang dinamai sebagai “Seri Pemikiran Nasional” yang bertujuan untuk menggali kembali, serta menyebarkan pemikiran-pemikiran para perintis dan pendiri negara Republik Indonesia kepada khalayak ramai.

Di dalam buku Madilog ini juga terdapat pemikiran-pemikiran Tan Malaka yang masih relevan, yang bisa ditarik ke depan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi generasi bangsa Indonesia sekarang, dalam melanjutan tongkat estafet pembangunan bangsa.

Biografi-Tan-Malaka-Bapak-Bangsa-Yang-Namanya-Terlupakan.jpg
Tan Malaka bapak bangsa yang terlupakan sumber

Tentang buku Madilog ini Tan Malaka sendiri menegaskan bahwa isinya banyak yang bertentangan dengan “ketimuran” yang perlu diluruskan. Tentang itu Tan Malaka menulis: “Di sini dengan jelas dan terus terang saya mau katakana, bahwa Madilog sungguh-sungguh berlawanan dengan ‘ketimuran’ yang digembar-gemborkan lebih dari semestinya itu. Lebih jelas pula saya mesti terangkan bahwa yang saya maksud dengan ketimuran itu adalah segala yang berhubungan dengan mistik dan kegaiban dari mana pun ia datang di Timur itu…”

Madilog ditulis dari 15 Juli 1942 hingga 30 Maret 1943, dibawa lari bersembunyi selama tiga tahun, kata pengantarnya sendiri ditulis Tan Malaka pada 15 Maret 1946, dan terbit sebentar setelahnya. Madilog selesai ditulis ketia perang dunia kedua berakhir. Tan Malaka meyakini bahwa Marxisme tidak bisa begitu saja diterapkan di Indonesia, tapi harus disaring karena kondisi Indonesia berbeda dengan Eropa. Tan Malaka juga percaya bahwa modernsasi Islam yang menjalar melalui Pan Islamisme adalah perkembangan positif bagi perjuangan melawan kolonialisme dan imperialism.

Buku Madilog juga menjadi catatan kesaksian atas proses berpikir, di maa tindak definitive factual menjadi mungkin dengan teks sebagai satu landasan filosofisnya. Tan Malaka menjadi bermakna dihari ini bukan karena ia seorang Marxis, tapi justru karena ia tidak semata-mara Marxis. Ia mendialektikakan Marxisme.

Tan Malama merupakan seorang modernis, menguasai setidaknya enam bahasa asing yang lebih banyak diucapkan dari pada ditulis. Buku Madilog ini awalnya juga digarap oleh Tan Malaka dengan tulisan tangan. Saat memasuki tahap cetak, hampir tidak ada korektif yang dilakukan oleh pihak penerbit Widjaya, Jakarta, 1951, ketika buku Madilog ini pertama kali diterbitkan.

Dalam Madilog ini salah satu analiasa Tan Malaka yang paling orisinil adalah ketika ia menelaah berbagai system kepercayaan. Buku ini meski masih relevan dan menarik untuk dibaca hingga sekarang.


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers
H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center