"Mengayuhlah sejauh yang kau inginkan, tapi jangan lupa hatiku adalah taman tempatmu melepas lelah." ~ Zenja~
Sejak lima tahun lalu, Minggu selalu menjadi hari yang padat dan sibuk buatku. Orang-orang menikmati Minggu sebagai hari libur dengan mengunjungi berbagai tempat asyik, atau leyeh-leyeh di rumah. Tapi tidak denganku, Minggu justru menjadi hari dengan jadwal kerja yang lebih lama dan panjang, menguras energi, pikiran dan tenaga.
Jadi teringat masa-masa saat bekerja di portal online yang juga menerbitkan tabloid setiap pekannya. Itu adalah masa-masa tersibuk selama aku menggeluti dunia kerja. Nyaris tak ada waktu untuk bersantai dan minum kopi selain di tempat kerja. Setiap hari pukul delapan pagi aku sudah berangkat dari rumah, baru pulang malam hari. Jika dateline, paling cepat pulang ke rumah pukul sepuluh malam. Tapi karena rekan-rekan kerja yang asyik, pekerjaan yang juga sesuai minat, aku enjoy saja. Sangat menikmati aktivitasku saat itu.
Lalu kapan aku libur? Sabtu. Aku memilih libur di hari Sabtu, dan sering kuhabiskan hanya untuk menikmati waktu di rumah. Untuk mencuci, membaca buku, memasak, menonton televisi, menulis, tidur. Sesekali memenuhi ajakan teman untuk nongkrong dan minum kopi. Namun dalam dua tahun terakhir ini ritme kerjaku lebih fleksibel. Meski jatah liburku tetap hari Sabtu, namun aku masih bisa melakukan hal-hal lain di hari Minggu di luar pekerjaan. Siasat!
Sejak menggeluti aktivitas bersepeda, Minggu bukan lagi 'hari yang panjang' untuk bisa bangun sesuka hati. Justru di akhir pekan aku bangun lebih awal dari hari-hari biasa. Pagi tadi misalnya, Minggu, 4 Maret 2018, sebelum subuh aku sudah bangun berkat bantuan alarm, lalu bersiap-siap, ketika matahari belum sempurna terbit aku sudah berada di kawasan Blang Padang pada pukul 06:30 WIB. Bulan yang pasi menjadi saksi aktivitasku pagi ini.
Ya, seperti biasa Minggu adalah jadwal komunitas Gari Off Road untuk gowes bersama. Terhitung sejak Januari 2018, aku resmi bergabung dengan komunitas ini. Hari ini karena ada beberapa anggota yang punya acara lain, kami gowes dengan rute yang tak terlalu jauh. Yah, lumayanlah untuk bikin enak badan. Cukup lumayan juga untuk melatih kemampuan bersepedaku.
Ada Pak Luman yang tak bosan mengajari teknik-teknik, ada Bang Andre yang selalu ambil posisi di barisan belakang untuk mengawasi. Ada Kak Eva yang tak pernah bosan mengingatkan, aku harus meningkatkan intensitas latihan jika ingin ikut di event Kagas di Bireuen pada April mendatang.
Rute Blang Padang - Japakeh - Simpang Tiga - Kayee Lheue - Blang Padang menjadi pilihan kami hari ini. Rute yang cukup bersahabat buatku. Nyaris seratus persen rutenya adalah jalan mulus beraspal yang datar. Kenapa aku bilang nyaris? Sebab ada sedikit track yang membuat kami harus off road di lintasan Japakeh menuju jalan keluar ke Desa Turam. Track ini terlalu pendek, tapi melengkapi kebahagiaan mengayuh sepeda hari ini.
Sebelum melintasi jalur ini kami sempat berhenti sebentar di depan SMP IT Nurul Fikri untuk berfoto-foto. Sependek apa pun rutenya, semudah apa pun jalur yang ditempuh, namun jangan pernah lewatkan untuk sesi foto. Inilah pelengkap kebahagiaan setiap kali berkumpul dengan teman-teman. Kelak suatu hari akan menjadi potong kenangan yang indah untuk dilihat-lihat.
Saat musim padi seperti sekarang, melewati jalan-jalan kampung di sebagian wilayah Aceh Besar seperti tadi sangatlah menyenangkan. Di sepanjang jalan, di kiri-kanannya tersuguhkan pemandangan yang sangat memanjakan mata. Sawah hijau dengan bulir-bulir padi yang mulai kekuningan, sebagiannya lagi masih tampak hijau. Ini adalah kesempatan untuk menghirup sebanyak-banyaknya oksigen yang murni tanpa campuran polutan.
Berada di tengah hamparan sawah seperti ini, sejenak membuatku lupa pada hiruk pikuk kota yang bising. Pada terik mentari perkotaan yang hawa panasnya seakan berkali-kali lipat lebih panas dibandingkan di perkampungan. Namun ada satu yang tidak terlupakan, bahwa sepulang dari mengayuh sepeda, aku tetap harus melanjutkan pekerjaan. Selamat akhir pekan bagi yang merayakan![]