Traveling with My Boy Bike #7: Menjadi Minoritas yang Always Happy

WhatsApp Image 2018-02-25 at 4.55.12 PM.jpeg

"Ini satu-satunya cewek?"

"Ada satu lagi tadi."

Percakapan pendek itu mampir ke telingaku. Cukup jelas untuk menebak siapa yang sedang dicakapkan dua goweser pria di belakangku itu. Aku tersenyum. Dalam hati berteriak girang. Yesss!!! Kegirangan yang sulit dipahami.

Minggu, 25 Februari 2018, kali kedua gabungan komunitas sepeda gunung di Banda Aceh yang menghimpunkan diri dalam wadah Goweser MTB Koetaradja mengadakan gowes bareng. Kali ini pesertanya lebih banyak dari yang pertama dibuat pada Januari lalu. Namun untuk goweser perempuan tetap berada di angka yang sama, tiga orang. Kami tetap menjadi minoritas, namun tidaklah berlebihan menyebutnya sebagai minoritas yang berlimpah kebahagiaan.

Percakapan di atas setidaknya menjadi suguhan pembuka yang manis untuk acara gowes yang kuikuti hari itu.

Rute

WhatsApp Image 2018-02-25 at 12.49.44 PM.jpeg

Komunitas sepeda KaWe-1 Unsyiah menjadi tuan rumah untuk gowes bareng Goweser MTB Koetaradja ini. Otomatis mereka pula yang menentukan rutenya, KaWe-1 juga berbaik hati dengan menyiapkan nasi bungkus sebagai menu sarapan di titik finish.

Rute yang kami tempuh sebenarnya tidak begitu asing buatku, setidaknya beberapa titiknya pernah kulalui dengan kendaraan berbahan bakar minyak. Tapi karena ini disusuri dengan sepeda, keasyikannya jadi berbeda. Bergerak dari titik kumpul di depan gedung Rektoran Universitas Syiah Kuala di Darussalam, perlahan ban sepeda kami mulai menginjak jalan beraspal memasuki jalan desa melalui kawasan Tanjung Selamat.

WhatsApp Image 2018-02-25 at 8.23.55 AM.jpeg

Lalu melewati Miruek Taman, melewati kampung-kampung yang banyak dapur batanya dan tembus ke areal perbukitan di belakang Kompleks Budha Tzuchi di kawasan Neuheun. Dari sini kami terus bergerak melewati jalur berliku, selang-seling antara jalan beraspal melewati areal perumahan warga dengan jalan setapak berbatu di perbukitan gersang itu. Ada beberapa bukit yang cukup menanjak dan kami terpaksa harus mendorong. Sebagai titik akhir, panitia memilih pantai di kawasan Ujong Bate.

Untuk melihat detail rute silakan melihat video ini:

Minoritas

IMG20180225084226.jpg

Seperti yang telah kusentil di atas, bahwa kami para perempuan adalah minoritas di komunitas ini. Lihat saja, dari puluhan peserta gowes, yang ceweknya hanya tiga orang. Jangankan untuk memenuhi kuota 30 persen, tiga persennya saja tidak mencapai ha ha ha. Tiga-tiganya dari komunitas Gari off Road (GOR) --yang awal-awal dulu kukira ada hubungannya dengan Gedung Olah Raga--

GOR sebenarnya juga punya Queen GOR untuk para ladies, tapi untuk gowes bareng yang rutenya jauh seperti ini mereka jarang ikut serta. Selama aku bergabung di GOR sejak beberapa bulan terakhir, baru pertama kali Queen GOR ikut gabung di acara funbike yang rutenya lebih bersahabat.

Apakah aku cukup kuat? Jawabannya tentuk tidak! Aku cuma punya modal semangat. Minggu kemarin contohnya, kondisiku sedang tidak prima. Entah mengapa akhir-akhir ini aku menjadi seringkali demam. Sehari sebelumnya, saat aku sedang tidur siang tiba-tiba terbangun. Badanku menggigil sampai gigiku bergemeretak, tiga selimut tebal untuk membalut badanku nyaris tiada terasa. Dalam kondisi seperti itu aku berusaha untuk tidur, tapi dingin yang tak pernah kurasa sebelumnya terasa sangat menyiksa. Setelah meminum sebutir paracetamol aku memaksa tidur agar obatnya bekerja maksimal.

WhatsApp Image 2018-02-25 at 4.55.14 PM.jpeg

Biasanya kalau demam, aku tak langsung minum obat. Tapi karena besok aku berencana gowes, makanya terpaksa deh aku minum obat. Jangan sampai gagal. Di pagi Minggu, saat aku sudah berada di titik kumpul, tiba-tiba aku dilanda keringat dingin dan rasa pitam karena kelamaan berdiri. Ketika ketua panitia memberi sedikit arahan, aku malah duduk untuk menghilangkan pitam. Tapi syukurlah tak berdampak lebih buruk.

WhatsApp Image 2018-02-25 at 8.11.24 PM.jpeg

Aku juga tidak memaksakan diri dalam mengayuh sepeda. Saat menanjak, dan jika aku tidak sanggup, aku tidak perlu merasa gengsi. Ini pula yang menjadi sumber semangatku saat ke Geurute beberapa waktu lalu. Aku juga tidak memaksakan diri untuk ikut jika rutenya terlalu ekstrem untuk pemula seperti aku. Ini hanya hobi, bukan kompetisi, mengapa aku harus bertarung dengan diriku sendiri? Lets have fun![]

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now