Cerpen # Aziza Menunggu Cinta

Story

Aziza sadar bahwa fitrah manusia saling membutuhkan, tidak terkecuali dirinya. Ia meyakini serangkaian garis takdir manusia baik langkah, rezeki, jodoh dan maut sudah ada yang mengaturnya dengan tepat dan sempurna, meskipun ia sering resah sendiri mengingat umurnya semakin beranjak dari tahun ke tahun, melihat teman- temannya satu persatu mengakhiri masa lajangnya di depan penghulu, atau ketika ia bertegur sapa dengan teman- teman semasa sekolahnya yang sudah berkeluarga rasanya ia minder sendiri.

Ia malah jadi sibuk menimang- nimang diri, mengukur dari ujung rambut hingga ujung kaki, memastikan apakah ia sebegitu tidak menarik hingga di usianya yang sudah berkepala tiga tidak juga seorang pun datang melirik, lamaran yang datang tahun lalu telah dibatalkan sepihak, keluarga calon mempelai laki- laki tidak bisa menerima Aziza sebagai menantu dengan tangan terbuka lantaran usianya dinilai tua, harapan untuk menikah ia lepaskan dengan penuh kekecewaan.

Namun beruntung, Aziza segera menyadari kekeliruan hatinya, kecewa yang tak beralasan, malu yang tak berdasar. Kalau dipikir- pikir untuk apa, hanya menumpulkan keyakinannya terhadap Sang Maha Mengetahui. Sekarang ia ingin membenah diri dan punya cara lain mengatasi kerumitan hati dan pikirannya dengan meningkatkan ibadah.

insyaallah ia kini tenang pada keyakinannya bahwa ujian menunggu belahan jiwanya dalam kerudung pernikahan tidak sia- sia, bukankah ujian yang ia hadapi kini dapat membuatnya menjadi pribadi yang lebih sabar. Barangkali Allah belum memberi kepercayaan untuk memegang amanah menjadi seorang istri saat ia menikah nanti. Bukankah Allah tau keadaan hamba-Nya hingga kedasar hatinya?, bukankah Allah tau yang terbaik utk hamba-Nya yang berperasangka baik?.

Benar, siapa tau dalam perjalanan sabar Allah sedang menyiapkan calon pendamping yang baik untuk dirinya hingga cinta mereka bisa saling melengkapi. Karena ketidaksempurnaan itu ia bisa mencintai kekurangan suaminya dalam kelebihannya, dan kekurangannya tertutupi oleh cinta suaminya yang kelak mau menerima dirinya apa adanya. Mana yang lebih ia harapkan dari cinta yang sesederhana itu, pernikahan yang Allah ridha hingga ia dapat mengecap nikmat berkah sakinahnya.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center