Tentang Senja

IMG-20180310-WA0006.jpg

Pada kesekian kalinya senja jatuh, pernahkah kita berhenti sebentar untuk melihat serta memaknainya? ntah jatuh di balik ilalang-ilalang di belakang gedung, atau pada kaki gunung, ntah juga di barisan persawahan yang padinya sedang menguning, atau bisa juga pada lautan ketika sedang menikmati suasana pantai. Bisa sendiri atau di temani seseorang.

Aku pernah menyaksikan senja. Mendalaminya. Kemudian menemukan jika segala yang datang akan pergi. Senja seperti sebuah wujud kepergian menurutku. Sebuah kekecewaan dan rasa sakit. Meski indah tapi tetap saja. semua dari kita benci kepergian bukan? belajar mengikhlaskan dan itu sangat tidak mudah. Menerima rasa sakit di dada.

Ntah pada senja keberapa yang jatuh dan seseorang mengatakan padaku bahwa kekecewaan itu bagian dari pemupukan jiwa. Bicara tentang tumbuh dan jatuh. Ada bagiannya senja akan menggunting waktu untuk melepas segala tentang benang hari yang tidak di jahit dengan baik.

Katanya, jangan takut untuk kecewa dan terluka. Hati itu muara maha luas bagi setiap pencapaian seorang individu. Bukan soal kekecewaan yang merenggut tempat kebahagian yang lalu bergeser pada fesimistik. Tapi ruang itu, ruang kebahagian yang memang terlalu besar kita sediakan. Kita lupa ada wujud lain dari perasaan mesti kita sediakan juga. Ruang kekecewaan.

Dan kukira benar. Kebahagian dan kekecewaan seperti dua sisi mata uang. Keduanya mengisi kehidupan kita. Dan hati butuh di damaikan, belajar merangkul kekecewaan dan memberinya tempat. Dan semua itu butuh belajar, sebuah pembelajaran yang panjang dari kehidupan untuk sebijak itu.

Mari mulai menerima kekecewaan.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center