Mengejar Rona Senja [Binasi Beach - Sorkam, Indonesia]



Sepeda motor kami semakin laju dan saling mendahului. Sesekali teriakan kemenangan terdengar saat berhasil mendahului motor kawan. Terus berkejaran, hingga akhirnya kami berhenti disebuah titik. Titik yang menjadikan kami semua adalah sang pemenang. Senja itu berhasil kami kejar.

Lokasi :
Suatu Senja Di Pantai Binasi
Sorkam, Tapanuli Tengah, Indonesia



Kami semua bersahabat, teman sepermainan sejak masih kecil. Kami tumbuh dan besar bersama disebuah desa di pesisir pantai. Kami adalah anak desa dan kami cinta sekali dengan desa kami. Diakhir pekan ayah kami pulang dari melaut. Ikan hasil tangkapannya memang selalu ditunggu oleh pembeli di tempat pelelangan ikan tepi pantai desa kami. Tentu saja ibu membantu ayah menjual ikan hingga habis. Biasanya sampai malam hari. Itulah mengapa akhir pekan adalah saat yang paling kami tunggu. Disaat itu, kami diperbolehkan bermain jauh. Jauh memburu senja.

Dulu, sepeda kayuh adalah kendaraan kami mengejar senja. Kaki dan tangan kami cukup cekatan menyusuri jalan setapak menyusuri pantai. Kemenangan kami adalah jika senja berhasil kami kejar. Saat rona senja datang, itulah waktu kami beraksi. Senja adalah pentas panggung. Bermain pasir, berlari mengejar ombak, tertawa terbahak. Hingga suara azan menghentikan aksi kami.





Kami pencinta senja. Bagi kami senja adalah harapan, disanalah kami sampaikan impian kami, membawanya ke dalam lautan. Senja tak pernah ingkar janji, ia membawa harapan kami esok pagi.

18 tahun berlalu, hingga kebersamaan kami harus terhenti. Sebagian teman pergi belajar di kota dan sebagian lagi bekerja di negeri orang. Hanya aku yang masih tinggal di desa tercinta ini. Sejak Ayah meninggal 3 tahun lalu, aku lah yang menggantikan beliau mencari nafkah di laut. Ibu sudah semakin tua dan adik-adikku butuh biaya untuk sekolah.

Sejak itu senja kunikmati sendiri. Panggung pentas senja hari adalah milikku sendiri. Dan pada senja, masih kutitipkan harapan. Berharap kembali ke masa dulu bermain bersama mengejar senja.





Sore itu perahu kubawa ke tepi, tak banyak ikan yang berhasil kutangkap. Tampak beberapa pemuda di tepi pantai seolah menunggu kedatanganku. Mungkin calon pembeli fikirku.

Semakin mendekat sepertinya mereka kukenali. Benar saja, mereka adalah sahabat-sahabatku. Kukayuh perahu lebih cepat. Kami pun bersorak melepas rindu. Tubuhku di tarik dan langsung dibawa ke atas sepeda motor.
" Waktu kita tak banyak, senja sebentar lagi turun, kita harus tampil di pentas senja"
Kami melaju berkejaran.
Pentas yang sudah lama kurindukan, akhirnya kembali. Kami beraksi persis seperti masa kecil dulu. Tak ada beban hidup, tak ada kesedihan. Dan senjapun berlahan pergi.

Suara Azan terdengar berkumandang. Aku tersadar ini hanyalah mimpi. Mimpi yang tak pernah menjadi nyata.

Menceritakan Kembali
Celoteh seorang nelayan muda di desa Sorkam, Tapanuli Tengah, Indonesia



Salam Kaki Lasak, Kemanapun Kaki Dilangkahkan




Follow Me :

Steemit @ kakilasak
Facebook @ husaini_sani
Instagram @ ucok_silampung & @ kaki_lasak
Whatsapp +6282166076131

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now