(Puisi) Rebah Dipikat Waktu : Luka

image

Bersemi gugur di mata
Saat dongeng kehilangan menari, bersuara
Hujan beramai-ramai jatuh pula
Saat bahagia yang singgah se-hela dipecah kaca

Di tubuh kata, engkau berteduh duka
Menenun luka dengan tawa
Merajah langit dengan temaram mendung
Dan di akhir hari, tangis ruah ditelan sunyi
Hilang dalam riuh suara kanak-kanak yang pulang bermain
Hilang dalam serak radio tua yang mengulang-ulang sapa

Ah, sudah berapa hari?
Sudah berapa hari engkau melacur tangis dalam puisi?
Sudah berapa hari engkau sembunyi di gelak bahak gemerisik ilalang yang bergosip pagi?
Sudah berapa hari engkau mencari tumbal atas absesmu yang nanah lagi?

Eh, akan berapa lama?
Apa bus biru berisi tawa dan asa yang muda menyisakan tempat untukmu berjalan lagi?

Sesungguhnya luka itu dari hati
Duka-duka juga diikat dan dilahirkannya
Pun bahagia yang ruah tawa
Engkau pilih mana?

Tak ada duka yang tak rebah dan menyerah di pikat waktu, pun senyummu. Ia akan kembali.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now