Istilah-istilah di Aceh yang 'Menyesatkan' Saya

Mengunjungi tempat baru sudah pasti memberikan banyak pengalaman baru. Apalagi kalau tempat itu berada jauh dari tempat kita berasal. Budaya, kebiasaan, makanan, bahasa memberikan pengalaman berbeda. Tak jarang, kita mendapatkan pengalaman yang tak bisa dilupakan. Seperti cerita saya ini.

Terus terang, saya pergi ke Aceh tahun 2005 tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang daerah ini. Maklum penggunaan internet tidak seintensif sekarang jadi tidak bisa mencari banyak informasi. Jadi boleh dibilang pengetahuan saya tentang Aceh saat itu hampir nol.

Ada banyak hal-hal menarik yang saya alami saat saya baru sampai di Aceh. Tapi kali ini saya akan cerita tentang kekonyolan saya yang salah memahami istilah yang biasa dipakai oleh orang Aceh.

Kenapa Saya Ditolak?

Saya pergi ke Aceh setelah diterima bekerja di salah satu LSM di Meulaboh. Sebelum ke kota tujuan, saya harus transit di Banda Aceh.

Malam itu, begitu tiba di hotel, saya buru-buru pergi mencari wartel karena pulsa saya habis dan saya harus menelepon kantor yang mempekerjakan saya (ya ampun, jaman masih pakai wartel. Yang tahu apa itu wartel, berarti kita sudah menua hehe). Yang tidak tahu apa itu wartel, saya beri gambaran singkat. Wartel itu singkatan dari Warung Telekomunikasi, sebuah tempat yang menyediakan beberapa booth untuk menelpon. Waktu itu wartel masih menjamur di mana-mana. Maklum menelpon menggunakan HP masih tergolong mahal.

Kembali ke cerita.

Begitu mau masuk wartel, saya tertegun di depan pintu. Disitu tertulis “TOLAK” dan “TARIK”.

image

Sumber

Otomatis mata saya tertuju pada kata TOLAK karena seumur-umur saya belum pernah melihat kata tersebut tertulis di pintu. Saya pun ragu-ragu untuk meneruskan langkah.

Pikiran saya sibuk mencerna kata TOLAK. Saya tak habis pikir, bagaimana mungkin, saya yang mau pakai telepon, lalu bayar (yang artinya kasih uang ke pemilik wartel), langsung ditolak, bahkan sebelum masuk wartelnya?

Saya mundur beberapa langkah dan mengamati orang lain yang mau masuk wartel itu. Tak berapa lama, seorang wanita masuk. Saya menunggu dan memasang telinga baik-baik. Tak terjadi apa-apa. Tak ada penolakan.

Dengan ragu-ragu, saya kemudian mendorong pintu itu. Sesampai di dalam, ternyata saya baik-baik saja. Penjaga wartelnya tidak menolak saya.

Setelah selesai dan keluar dari wartel itu, saya berpikir keras apa arti kata “tolak” itu. Saya kemudian teringat kata-kata yang sering ditulis di pintu-pintu di perkantoran, bank, minimarket, atau tempat-tempat umum lainnya di Jawa : “DORONG” dan “TARIK”. Aha!!! Ternyata “tolak” artinya “dorong”. Sekarang saya tahu ternyata banyak istilah yang dipakai di Aceh itu sama dengan istilahnya orang Malaysia.

Ah, mungkin saya yang sedang buru-buru saat itu menjadi penyebab saya tidak bisa berpikir secara logis.

Galon Raksasa?

Kekonyolan saya yang lain ini juga tidak kalah absurdnya.

Setelah kontrak kerja saya di Meulaboh hampir habis, saya mencoba melamar pekerjaan di Banda Aceh. Pada saat mau wawancara, saya menghubungi seorang teman (orang Aceh) untuk menginap semalam di tempat kosnya. Melalui telpon, dia memberikan arahan bagaimana cara sampai ke tempat kos. Salah satu kalimat instruksinya berbunyi seperti ini.

Dari situ lurus saja sampai ketemu galon. Nah setelah galon, ada simpang. Di simpang itu belok kiri ya..

Saya pun langsung mengiyakan.

Pada hari H, saya sampai di Banda Aceh dan mulai menyusuri rute sesuai petunjuk. Sampailah saya pada bagian yang ada ‘galon’nya. Setelah saya merasa lama menyusuri jalan tersebut dan tak menemukan ‘galon’, saya menelpon teman saya. Saya bilang saya tidak menemukan galon. Dia bilang,

Masak sih. Galonnya di sebelah masjid.

Saya jawab tidak ada. Dia mulai bingung juga.

Ada. Galon...tahu kan galon. Tempat isi minyak.

Jreng! Saya tambah bingung. Galon tempat isi minyak, bagaimana bentuknya? Kata minyak kalau di Jawa identik dengan minyak goreng. Wah, semakin absurd nih.

Saya lalu menjawab.

Hmm...tempat isi minyak ya?

Teman saya jawab.

Iya, minyak honda.

Nah, ini bikin bingung lagi, tapi pada saat yang sama juga memberikan titik terang teka-teki ini. ‘Minyak honda’. Honda itu merek sepeda motor, jadi saya pikir kalau minyak honda itu adalah bensin. Jadi saya berkesimpulan bahwa galon itu adalah SPBU atau pom bensin.

Oalah, tadinya saya berpikir galon yang dimaksud teman saya itu adalah suatu tempat semacam distributor air mineral di mana di depan tokonya terdapat satu galon raksasa sebagai bentuk alat promosi untuk menarik perhatian orang. Ternyata bukan.

image

Sumber

Untungnya kekonyolan saya itu hanya saya yang tahu. Tak terbayang malunya kalau sampai orang lain tahu saat itu. Tapi sekarang saya merasa pengalaman absurd itu bagus juga dijadikan bahan untuk menulis di Steemit karena saya sudah siap mental kalau ada yang mau menertawakan saya.



Terima kasih sudah singgah di blog dan membaca tulisan saya. Jika sahabat Steemit suka, silahkan upvote, dan resteem jika mau. Saya sangat menghargainya.

Please follow @horazwiwik for more posts about sewing crafts, kids, travel, cultures, and other fun stuff

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center