Otak Seks #7 : "Lebih Suka Yang Bandel! Lebih Jujur!"

Bertemu sahabat tentunya sangat menyenangkan, apapun menjadi enak dan tak pernah berhenti tergelak. Urusan soal pasangan dan incaran masa lalu selalu saja membuat perut dan rahang ini sakit. Tidak bisa berhenti tertawa!

2015-10-08 16.09.57.jpg

"Mariska dulu dikejar-kejar anak kepala suku Papua waktu SMP. Dia sampai muter-muterin sekolah buat nyari, begitu ketemu cuma bengong. Badannya, kan, kekar begitu, bisa lemas lihat Mariska. Hahaha...".

"Lain lagi waktu itu pernah kita semua pergi ke acara, yang menyanyi Paduan Suara Unpar. Terus kawan kita satu dia dengan gilanya ambil kursi dan duduk di depan paduan suara itu, ngeliatin satu cewek yang dia suka. Saya perhatikan cewek itu, terus saya bilang ke dia. Eh, tahu nggak tuh cewek mirip siapa? Itu, kan, mirip Mariska! Ha! Langsung dia balik lagi bawa kursinya ke belakang! Malas banget naksir orang mirip sahabat sendiri! Hahaha....".

"Kalau Mariska sendiri, masih ingat Mr. Blood, kan?".

Aduh, duh! Sakit banget perut saya! Semua ketololan di masa lalu benar-benar menggelikan! Hahaha....

Bicara soal urusan "selera" lawan jenis, tentunya tiap orang berbeda-beda.Saya sendiri lebih memilih pria yang bandel.

"Kok yang bandel, sih?", teman-teman seringkali bertanya begitu sambil keheranan.

"Cowok bandel biasanya lebih kreatif dan imajinasinya liar. Lebih tidak membosankan, dan biasanya juga lebih matang, bijaksana, karena sudah belajar banyak dari pengalaman hidup. Lagipula, saya tidak suka dengan cowok sok baik, yang selalu usaha banget kelihatan alim, baik, shaleh, biasaanya yang begini ini orangnya tidak jujur dan tidak bisa apa adanya. Biasa sajalah, mana ada orang yang sempurna? Pasti ada jelek-jeleknya dan kurang-kurangnya," jawab saya selalu sama, tidak berubah.

"Yah, mana tahan juga kali cowok-cowok baik itu sama kamu. Kamunya sinting dan gila gitu! Hahaha...."

Marah? Kesal? Malu?! Ya, nggaklah! Mentertawai kebodohan dan ketololan diri sendiri itu justru membuat kita lebih bisa ikhlas menerima diri apa adanya. Santai saja!

Semakin hari, jujur saja, semakin banyak sekali orang yang tampilannya luar biasa baik. Sayangnya, tidak sebanding lurus dengan keadaan, di mana-mana terjadi kebencian, kemarahan, kesombongan, ketamakan, dan lain sebagainya. Termasuk juga masalah sosial seperti perceraian, perselingkuhan, pelacuran, dan masalah seks lainnya. Khusus soal pelacuran, pelarangan dan penutupan tempat-tempat yang dianggap maksiat pun tidak membuat tingkat pelacuran menurun. Malah semakin berkembang tidak jelas dan membuat penyakit menular akibat perilaku seks bebas juga semakin tidak bisa dikendalikan. Sembunyi-sembunyi justru membuat lebih bergairah dan menantang barangkali, ya!

Secara psikologis, memang mungkin saja, loh! Orang tidak bisa dimatikan hasrat seksualnya begitu saja. Tidak semudah membalik tangan juga orang bisa "hijrah" ke jalan yang benar. Hukuman siksaan yang berat oleh dunia belum tenu memberikan efek jera, butuh kesabaran dan konsistensi serta ketulusan di dalam hal ini. Soalnya, menyangkut banyak sekali hal lain termasuk pendidikan, ekonomi, dan budaya. Semakin seseorang ditekan dan mendapatkan tekanan, semakin besar juga kemungkinan untuk meledaknya. Jadi tidak karuanlah hasil ledakannya.

Coba lihat bagaimana VCD porno, situs porno, dan semua yang berbau porno selalu disalahkan menjadi biang keladi atas perbuatan kriminal seksual. Padahal, bukan itu penyebab utamanya. Seseorang yang berani melakukan tindakan kriminal seksual, pasti memiliki masalah gangguan psikologis dan atau emosional. Kebencian dan kemarahan pada orang tua yang terlalu banyak menekan dan menuntut pun bisa membuat anak menjadi berontak, salah satunya dengan melakukan perilaku seksual tidak karuan. Di depan orang tua dan keluarga semuanya baik dan membanggakan, tapi di luar sana lain lagi cerita! Masalahnya, mau tidak mengakui dan menerima semua kebenaran yang ada atau terus saja ditutupi dan dihindari?! Kapan selesainya?!

Belum lagi seks di dunia maya! Sembunyi-sembunyi tak ketahuan pasangan. Semua bisa menjadi apa saja. Ayo, ngaku! Apa teknologi yang salah?!

Semua harus dari diri sendiri, dan tidak bisa disembunyikan. Kalau hanya penampilan, mungkin bisa menipu di depan, begitu juga dengan perkataan. Pada fakta dan kenyataan, isi hati dan pikiran akan nampak jelas dari perbuatannya dalam keseharian. Sebenarnya dari tulisan juga kelihatan, kok, bagi mereka yang mempelajarinya. Seperti yang saya sering katakan, kata bisa berdusta tetapi kata jugalah yang memberikan kebenaran.

Intinya, sebaiknya kita tidak usah munafik. Munafik itu sangat dibenci Allah, kan?! Untuk apa juga berkata dan berpenampilan hanya untuk di mata orang, lebih baik jujur dan menjadi diri sendiri saja apa adanya. Jikapun takut, takut sajalah sama Allah. Orang lain bisa tidak tahu, tapi selalu ada yang menjadi saksi atas semua pikiran, hati, dan perbuatan kita. Jangan rusak negeri kita dengan kemunafikan, tetapi bangunlah negeri ini dengan kejujuran dan ketulusan. Kita tidak mampu menilai, yang berhak dan paling benar menilai hanya Allah.

Serigala berbulu domba tetap meninggalkan jejak sebagai serigala!

Semoga bermanfaat.

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Foto : coretan pribadi.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center