Menguji Adrenalin Menembus Rute Mata Ie - Lhoknga dengan Sepeda Sendirian

lhoknga.jpeg
My Boy Bike di bendungan Lambaro Kueh dengan latar gugusan perbukitan @ihansunrise

BERSEPEDA sendirian menyusuri rute-rute baru yang tak biasa memang banyak serunya. Sekaligus membuat hati jadi dag dig dug juga. Apalagi untuk seorang perempuan. Muncul perasaan waswas. Bagaimana kalau di perjalanan bertemu orang gila, atau babi hutan? Atau hal-hal lain yang tidak diharapkan?

Ah, takut itu perasaan yang sangat manusiawi. Tapi memutuskan untuk melawan ketakutan adalah soal pilihan. Seperti kata Nelson Mandela; sesuatu akan terlihat tidak mungkin sampai saat semuanya selesai.

Demi mengalahkan rasa takut tak beralasan itu, juga demi menguji adrenalin, Sabtu pekan lalu kuputuskan untuk menyusuri rute Mata Ie - Lhoknga dengan sepeda sendirian. Dan ketika 'misi' itu selesai, bahagianya luar biasa. Ada rasa puas yang membuat hati terasa mekar dan lidah mengucapkan; yes... aku bisa!!!

+++

WhatsApp Image 2017-09-02 at 9.59.22 AM.jpeg
Di depan gerbang Mesjid Raya Baiturrahman @ihansunrise

Sebelum pukul delapan aku sudah bergerak dari Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja dan mampir sebentar di gerbang Masjid Raya Baiturrahman untuk mengabadikan momen pagi hari itu. Si Boy Bike kujepret dengan latar gerbang masjid dengan ornamen Pintoe Aceh berwarna tembaga. Setelahnya aku mulai mengayuh menuju Keutapang dan berhenti di salah satu warung di Gampông Punie untuk sarapan.

Dari sini aku mulai bergerak menuju areal persawahan yang menghubungkan Gampông Ulee Tuy dengan asrama TNI di Japakeh. Ini rute favoritku untuk jogging saat masih tinggal di Kompleks Permata Punie. Sebelum pindah ke Gampông Peulanggahan dua bulan lalu. Siapa pun yang melalui rute ini pasti akan terkagum-kagum dengan panorama di sekitarnya. Bentangan areal persawahan dengan latar perbukitan yang hijau. Waktu terbaik menikmati panorama di areal persawahan ini adalah hari setelah hujan, ada banyak kabut yang muncul menutupi perbukitan layaknya tumpukan kapas.

WhatsApp Image 2017-09-02 at 9.59.22 AM(1).jpeg
Di jalur yang menghubungkan Gampông Ulee Tuy menuju asrama TNI di Japakeh @ihansunrise

Dari sini aku terus mengayuh menuju kawasan Resimen Induk Kodam Iskandar Muda (Rindam) hingga sampai ke kaki bukit. Karena belum terlatih mengayuh di jalur yang menanjak, kuputuskan untuk mendorong sepedaku sambil menikmati pemandangan perbukitan sejauh 1,3 kilometer.

Beberapa kali aku sempat berhenti karena didera rasa lelah. Bahkan saking lelahnya, di suatu titik aku sampai merapatkan punggung dengan aspal. Aku bersyukur sebab hewan primata yang biasanya suka turun ke jalan kalau ada pengendara atau pejalan kaki lewat, hari itu sama sekali tidak terlihat. Aku menduga 'hilangnya' hewan-hewan tersebut ada kaitannya dengan terbakarnya perbukitan Mata Ie beberapa waktu lalu. Di tubir bukit aku melihat selembar spanduk berlogo instansi kepolisian bertuliskan larangan membakar hutan. Lengkap dengan pasal dan nominal denda bagi pelakunya. Tapi entah seberapa efektif imbauan tersebut.

WhatsApp Image 2017-09-02 at 9.59.21 AM(1).jpeg
Tiduran di aspal melepas lelah @ihansunrise

Sedang asyik-asyiknya mengaso, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara mobil yang melaju kencang. Namun tiba-tiba lajunya menjadi perlahan, si pemiliknya malah sampai menurunkan kaca jendela dan melongok ke arahku. Mungkin dia heran, mungkin juga penasaran, barangkali dikiranya aku bidadari yang tersesat di hutan. :-D

Setelah berlelah-lelah ria, sampai juga akhirnya di puncak bukit. Semangatku yang tadinya mengendur kini rasanya penuh kembali. Tanpa sadar aku tertawa sendiri. Membayangkan beta 'nikmatnya' sebentar lagi saat jalur mulai menurun. Itu artinya aku bisa duduk santai di sadel sepeda tanpa perlu mengayuh.

WhatsApp Image 2017-09-02 at 9.59.21 AM(2).jpeg
Pose sebentar di depan gerbang waterpark Mata Ie Hillside @ihansunrise

Sepanjang jalur menurun ini aku benar-benar menikmati petualanganku. Menikmati kesendirian sambil merasakan sensasi berdekatan dengan alam. Beberapa kali aku berpapasan dengan petani. Senyum ramah mereka semakin menambah keberanianku untuk meneruskan sisa perjalanan ini. Sepanjang jalur ini memang banyak kebun-kebun penduduk. Ada beberapa kebun yang tampaknya baru dibuka dengan cara membakar lahan.

Spot terakhir yang membuatku terkagum-kagum adalah bendungan yang ada di Gampông Lambaro Kueh. Usai mengayuh belasan kilometer yang membuat napas jadi tersengal-sengal, menemukan pemandangan seperti itu rasanya bagai menemukan oase. Meski matahari mulai terasa menyengat, tak juga menyurutkan niatku untuk berhenti di bendungan ini. Di sekitar ini juga terlihat ada tambak-tambak ikan. Pemandangan dari sini sangat menakjubkan, sekumpulan air dengan latar perbukitan mirip lukisan.

WhatsApp Image 2017-09-02 at 9.59.20 AM.jpeg
Di depan rumah Cut Nyak Dhien di Lampisang, Lhoknga @ihansunrise

Tak jauh dari bendungan ini aku berhenti di sebuah kios untuk membeli air mineral. Stok airku sudah habis, sementara perjalanan menuju pulang masih mencapai belasan kilometer. Setelah beristirahat beberapa menit, kembali aku melanjutkan perjalanan. Melengkapi petualangan hari itu, aku singgah sebentar di rumah Cut Nyak Dhien di Lampisang. Untuk memahami dan merenungkan kembali keberaniannya. Bahwa menjadi perempuan tak harus kalah pada rasa takut.[]

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center