Si Janeng yang terlupakan

Janeng, makanan jenis umbi-umbian yang kini nyaris tak lagi bersemi. Ya, makanan satu ini merupakan salah satu saksi bisu bagaimana para indatu terdahulu bertahan hidup pada masa penjajah belanda. Maka sudah seyogianya jika si janeng diberi nama “makanan lam prang.”

Berjenis tumbuhan lunak berduri dan menjalar seperti tumbuhan sirih membuat Janeng tumbuh bebas dihutan lembab atau keadaan semak-semak dan mampu berbuah banyak menghujam dalam tanah.

Sepintas bila diperhatikan buah janeng terlihat unik karena sekeliling buahnya dipenuhi serabutan akarnya. Belum lagi dapat memicu rasa gatal pada kulit bila mengenai getahnya, maka harus hati-hati saat mengupasnya. Namun buah yang kaya akan nilai gizi, karbohidrat, serat, vitamin, kalsium, protein dan zat besi ini telah dibuktikan oleh indatu sebagai bahan pangan dan bekal pengganti beras pada masa dulu.

Kini makanan janeng terkesan langka dimata para remaja atau kaum muda, apalagi jika disandingkan dengan era serba now ini dan now itu mungkin membuat sebagian mereka tak lagi mengenal janeng si makanan yang akan menjadi racun bila salah dalam pengolahannya.
Awas, bek sampe mabok janeng.

Janeng sangat nikmat dimakan bersama parutan kelapa yang diberi sedikit gula.
Dalam kondisi yang kering membuat janeng bisa disimpan dalam rentetan jangka waktu tahunan. Sama seperti teman sebayanya yaitu Empieng, makanan pangan yang terbuat dari beras ketan berbentuk tipis-tipis kecil. Keduanya memiliki peran yang sama guna meneruskan kelangsungan hidup para indatu kita.

Sumber

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center