Beruntunglah Manusia Yang Bisa Menulis dan Berkarya

Menulis dan berkarya adalah kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, hewan hanya bisa bekerja dan meniru. Rasanya lumrah sekali bila kita merasa beruntung mendapatkan berkah bisa menulis dan berkarya, sebagaimana layaknya manusia. Menulis dan berkarya itu sendiri pun menjadi bentuk cinta dan rasa hormat atas anugerah yang sudah diberikan Allah kepada kita. Jadi, tidak perlu banyak berpikir dan mencari alasan untuk menulis dan berkarya, apalagi hanya untuk mengejar upvote dan reward, bersyukur saja dulu bisa menulis dan berkarya, pasti akan membuat diri jauh lebih bahagia.

IMG_20180228_075753.jpg
Beruntung ada terang dan gelap yang bisa memberikan kita banyak ide untuk berkarya dan membuat kita sangat kaya dalam rasa. "Bayangan malam" di atas kanvas, cat acrylic.

Setiap kali ditanya, kenapa saya menulis, jawaban saya adalah karena saya mengikuti contoh yang sudah diberikan oleh Allah. Allah pun menulis, walau ini barangkali banyak yang tidak setuju. Kitab suci yang diturunkan kepada umat manusia, bagi saya tidak mungkin buatan manusia walaupun disusun oleh manusia yang diberikan kepercayaan. Sebab manusia bisa menulis dengan indah dan sangat baik, tetapi tidak bisa sesempurna apa yang sudah dibuat oleh Allah. Sehebat-hebatnya seorang penulis, tetap tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang sudah dibuat oleh Allah. Ini juga yang membuat saya malu hati sendiri bila kemudian merasa sedemikian hebatnya, di atas langit toh masih ada langit.

Karya yang sudah dibuat Allah juga tidak ada yang mampu menandingi, kita sendiri umat manusia adalah Maha Karya dari Allah Sang Pencipta. Menghormati apa yang sudah diberikan oleh Allah ini, apalagi kita memang diciptakan sebagai makhluk paling sempurna, yang memiliki kemampuan menulis dan berkarya, memberikan perasaan yang luar biasa sekali. Paling tidak bagi saya pribadi. Ada banyak cara untuk bersyukur dan menghormati anugerah Allah, dan menulis serta berkarya bagi saya, adalah salah satu caranya.

Tidak ada satupun tulisan atau karya yang dibuat dan dihasilkan tanpa campur tangan Allah. Mana mungkin manusia bisa memiliki ide bila tidak memiliki otak untuk berpikir dan hati serta panca indera untuk merasa?! Bagaimana kita bisa melihat jika tidak ada mata, cahaya, dan frekuensi serta lainnya yang dibuat oleh Allah dan lalu membuat kita menuangkannya kembali dalam bentuk tulisan dan karya?! Keindahan alam dan semesta ini semua menjadi inspirasi yang luar biasa dan semua adalah ciptaan Allah. Jadi, ya bagi saya, syukuri saja kita diberikan kesempatan untuk menulis dan berkarya. Menjadi berkah tersendiri bila kita mampu bersyukur dan menikmati segala sesuatunya dengan rasa syukur itu sendiri.

Manusia diberikan juga kemampuan untuk bisa mengapresiasi semua anugerah dan rahmat ini dengan caranya masing-masing, sehingga menjadi mengherankan sekali bila kemudian takut dan tidak percaya diri lalu menjadi seorang plagiat. Takut pada nilai yang diberikan manusia, kok, mengalahkan takut kepada Allah?! Bagi saya ini tidak masuk di akal sama sekali. Apalagi jika percaya dan yakin dengan kebenaran, apa sedemkian hebatnyakah manusia dibandingkan dengan Allah?! Menilai seseorang dari shalat dan ibadahnya saja kita bisa salah, sehingga ini juga dianjurkan tidak dilakukan, karena yang paling tahu adalah Allah sendiri. Lantas, mengapa harus takut pada penilaian manusia jika yakin Allah itu ikut campur dalam semua yang tulisan dan karya kita?!

Bagi sebagian besar orang, sukses itu dinilai dari pencapaian atas kedudukan, harta, dan nama besar. Bagi saya pribadi, sukses itu tidak demikian. Sukses itu adalah ketika seseorang mampu menjadi kaya dalam cinta dan rasa syukur yang dituangkan dalam perilaku, pemikiran, perkataan, perbuatan, dan karya, dan ketika orang itu sudah sadar penuh bahwa pencapaian kedudukan yang paling utama adalah bila mendapatkan tempat terbaik dan terindah di sisi Allah. Harta tidak dibawa mati, kedudukan dan nama besar hanyalah sementara, yang bisa membuat kita berada dalam keabadian itu apa?! Percuma hanya sukses di bumi dan di mata manusia, bila kemudian menjadi abadi dalam kehinaan di akhir hayat nanti.

Buat saya juga, orang mau mulai belajar menulis dan berkarya itu sudah bagus, apalagi kalau berani untuk sabar, tekun, dan konsisten belajar. Rasa malas, bosan, tidak percaya diri, takut, dan kecewa itu hanya bisa dikalahkan oleh diri sendiri, tidak bisa bergantung pada orang lain. Percuma berharap dan menggantungkan diri pada manusia, pasti akan selalu saja kecewa. Harus ada ketulusan dan keikhlasan di dalam diri untuk melakukannya. Katanya ingin hidup lebih baik dan menjadi sukses, tetapi bagaimana bisa bila hanya terus bermanja pada orang lain?! Mengalahkan yang negatif pada diri sendiri saja tidak mau, bagaimana mau maju?! Iya, kan?!

Tidak perlu kemudian juga jadi “ciut” dan merasa “kecil” karena memang semua ada masa dan waktunya, dan roda kehidupan terus berputar. Tidak ada keihlasan bila tidak ada kesabaran, sebab menurut kakek saya yang juga saya yakini, ikhlas adalah buah dari kesabaran. Meskipun kita terus bicara dan mengingatkan orang lain untuk bersabar dan ikhlas, tetapi sebenarnya apakah benar kita sudah mampu melakukannya?! Menulis dan berkarya itu sangat butuh keikhlasan, karena apapun yang kita lakukan tidak akan memberi pengaruh apapun pada Allah, tetapi pada diri sendiri.

Saya sendiri menulis dan menggambar sejak dari usia belia, dan tidak pernah berhenti membaca sejak masih usia 3 tahun. Proses itu sudah sedemkian panjangnya, lebih dari separuh umur saya saat ini untuk terus menulis dan berkarya. Kalau belajar, sejak lahir pun kita semua sebenarnya sudah belajar, bahkan sejak di dalam kandungan, dan semoga saja tidak pernah berhenti sampai tutup usia nanti. Ilmu yang mampu kita miliki dan dapatkan itu tidak ada apa-apanya, kok, dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki Allah, karena itu, rugi sendiri jika kita berhenti belajar.

Yah, saya tidak memaksa semua untuk berpikir sama dengan saya, ini hanya sekedar berbagi pendapat yang semoga bisa berguna dan bermanfaat. Ketika kita mampu bersyukur dan hormat kepada Allah dengan ikhlas menulis dan berkarya, maka rasa bahagia diberikan kemampuan itu sudah tidak bisa dinilai oleh apapun juga. Uang bisa dicari, kedudukan bisa diperebutkan, yang tersulit adalah bisa merasa benar bahagia dan memberikan kebahagiaan. Beruntung banget, deh, jadi manusia yang bisa menulis dan berkarya!

Bandung, 28 Februari 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now