Rabi'ah Al-Adawiyah; Ibu Para Sufi Pt.1, Prakata dan Kelahiran Sang Sufi

Bila sujudku padamu karena takut neraka
Bakar aku dengan apinya
Bila sujudku padamu karena damba surga
Tutup untukku surga itu
Namun bila sujudku demi kau semata
Jangan palingkan wajahmu
Aku rindu menatap keindahanmu
(Penggalan Lirik Lagu “Do’a, Rafly Kandee)

wanita-muslimah-tengah-berdoa-siluet_20150625_194133-1320x560.jpg
Ilustrasi

Sudah menjadi hal yang umum sejak zaman dulu bahwa yang menjadi tokoh sufi adalah berasal dari kalangan kaum laki-laki seperti Al-Hallaj, Jalaluddin Rumi, Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Ba’alawi Al-Husaini, Syekh Abdul Qadir Jaelani, Abu Nawas, Syekh Abul Hasan Asy Syadzili dan masih banyak tokoh lainnya. Laki-laki memang sudah sepantasnya menjadi pemimpin dan tokoh utama dalam setiap bidang. Namun teori itu tak berlaku lagi ketika muncul seorang tokoh sufi yang berasal dari kaum wanita, beliau bernama Rabi’ah Al-Adawiyah.

Layaknya tokoh-tokoh wanita dalam bidang lainnya, kehadiran Rabi’ah Al-Adawiyah mendobrak hegemoni kaum pria. Pada prinsipnya Rabi’ah Al-Adawiyah bukan ingin menjadi seorang tokoh sufi, namun cara hidupnya yang terus memburu cinta dari Sang Khalik, membuat jalan hidupnya penuh dengan aroma sufisme.

Kisah Kelahiran

“Jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka-Mu maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga-Mu maka haramkanlah aku daripadanya. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”

Doa-Rabiah.jpg
Source

Rabi’ah Al-Adawiyah, seorang wanita sufi pertama yang dikenal didunia, bernama lengkap Rabi’ah binti Ismail Al-Adawiyah, lahir di Basrah pada Tahun 99 Hijriah / 717 Masehi, sebagian pendapat mengatakan Tahun 95 Hijriah / 714 Masehi. Tidak ditemukan tanggal dan bulan lahir secara pasti, bahkan legenda tentang kelahiran beliau dan kehidupan keluarganya pun memiliki beragam versi. Hal ini disebabkan jauhnya kehidupan keluarganya dari kata terkenal.

Rabi’ah merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dan semua saudaranya adalah perempuan. Orang tuanya memberikan nama Rabi’ah kepadanya karena beliau adalah anak ke empat.
Ayah kandung Rabi’ah Al-Adawiyah adalah seorang yang sangat miskin, namun sangat zuhud serta alim. Beliau tidak pernah meminta bantuan orang lain ketika kesusahan. Hanya berusaha, berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Allah selaku pemilik segala makhluk dan pemberi rezeki segenap makhluk.

Dikisahkan, pada malam hari, sesaat sebelum ibunda Rabi’ah melahirkan, di rumanya sama sekali tidak ada minyak sebagai bahan untuk penerangan, termasuk kain pembungkus untuk bayi Rabi’ah. Karena tak ada alat penerangan, ibunya lalu meminta sang suami, Ismail, untuk mencari minyak di rumah tetangga.

Namun, karena Ismail telah berjanji untuk tidak meminta bantuan pada sesama manusia (kecuali pada Tuhan), Ismail pun terpaksa pulang dengan tangan hampa. Saat Ismail tertidur untuk menunggui putri keempatnya yang baru lahir tersebut, ia kemudian bermimpi didatangi oleh Nabi Muhammad Saw.
Dalam mimpinya, Ismail mendengar Rasulullah Saw berkata kepadanya:

“Janganlah bersedih hati, sebab anak perempuanmu yang baru lahir ini adalah seorang suci yang agung, yang pengaruhnya akan dianut oleh 7.000 umatku. Besok kirimkan surat kepada Isa Zadzan, Amir kota Basrah, ingatkanlah kepadanya bahwa ia biasanya bershalawat seratus kali untukku dan pada malam Jum’at sebanyak empat ratus kali, tetapi malam Jum’at ini ia melupakanku, dan sebagai hukumannya ia harus membayar denda kepadamu sebanyak empat ratus dinar.”

Ismail, Ayah Rabi’ah kemudian terbangun dari tidurnya dan menangis. Beliau melaksanakan perintah Nabi, menulis surat dan mengirimkannya kepada Amir kota Basrah itu yang dititipkan melalui pembawa surat.

Ketika Amir Kota Basrah menerima dan selesai membaca surat itu, ia pun berkata: “Berikan dua ribu dinar ini kepada orang miskin itu sebagai tanda terima kasihku, sebab Nabi telah mengingatkanku untuk memberi empat ratus dinar kepada orang tua itu dan katakanlah kepadanya bahwa aku ingin agar ia menghadapku supaya aku dapat bertemu dengannya. Tetapi aku rasa tidaklah tepat bahwa orang seperti itu harus datang kepadaku, akulah yang akan datang kepadanya dan mengusap penderitaannya dengan janggutku.”

Isa Zaddam, Amir Kota Basrah pun segera menemui Ismail dan memberikan uang tersebut secara langsung. Belaiu pun berkata kepada Ismail: “Demi Allah, aku mohon kepada anda, apa saja yang anda butuhkan katakan saja kepada saya”.

Ismail menerima uang tersebut dan dengan uang itu ia membeli kebutuhan yang dianggap penting.

Aku tinggalkan cintanya Laila dan Su'da, mengasing diri dan kembali bersama rumahku yang pertama. Dengan berbagai kerinduan mengimbauku, tempat-tempat kerinduan cinta abadi"

Rabi'ah Al-Adawiyah

Berlanjut ke Part 2, Kehidupan Sang Ibu Para Sufi

Special Thank's to Kanda @isnorman yang telah memberikan support dan motivasi dalam penulisan artikel ini.

Terima kasih kepada semua sahabat yang telah banyak membantu saya selama ini dengan berbagai cara yang luar biasa, mereka antara lain @levycore @aneukpineung @munawar87 @riostarr @silvia @suhaimiaceh @pojan @dilimunanzar @rizal-sahabat @sevenfingers @binjeeclick @fahmi11 @fajri26 dan masih sangat banyak sahabat steemian yang tak mungkin sanggup saya sebut namanya satu per satu.

Salam hormat selalu kepada kanda @ilyasismail yang dengan sabar mengajarkan berbagai hal tentang steemit kepada saya di setiap perjumpaan.

Referensi:
http://bio.or.id/biografi-rabiah-al-adawiyah/
https://azharnasri.blogspot.co.id/2014/03/full-kisah-rubiah-al-adawiyah-dari.html
Sang Ibu Sufi (bagian dari kumpulan puisi karya Roman Pc)
Perjalanan Wanita Mulia (bagian dari kumpulan prosa karya Roman Pc)
Biarkan Aku Selalu Dalam Dekapan Mu (bagian dari kumpulan Puisi karya Roman Pc)

DQma9QqsswwXpVz9YBCY7d4XFPHUjD8B4UPDdjuJ8E4jMXY.png

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center