Writing-mit: Menulis Tanpa Guru

Assalamualaikum #sahabat-mit

Bicara tentang steemit tentu tidak terlepas dari yang namanya Menulis. Nah ulasan demi ulasan tentang menulis juga sudah banyak dituangkan oleh #sahabat-mit semua, namun kehadiran saya sebagai #warga-mit yang sama sekali tidak punya latar belakang pendidikan perihal cara menulis membuat saya memberanikan diri untuk bisa sedikit demi sedikit menyusun kata demi kata dalam postingan atau sebuah karya cipta yang saya sematkan dalam Flatform ini.

Saya pernah katakan pada #sahabat-mit saya @muntazar bahwa motivasi saya bersteemit bukan karena adanya nilai SBD yang nantinya bisa di rupiahkan, tapi motivasi dasar saya disini adalah belajar sambil terus mengupayakan memberi beberapa karya cipta, itu pun jika ada turun ke desa dan ngopi petang sama siapa.

Seperti apa yang telah saya baca pada ulasan abang @senja.jingga

"Jadikan steemit sebagai tempat mempublikasikan karya. Atau sebagai tempat mencurahkan isi kepala. Dengan begitu, berapapun reward yang kita dapat, maka akan diterima dengan bahagia".

Nah, mungkin saya tidak begitu mahir dalam merangkai kata menjadi cinta, dan cinta menjadi kata atau tata letak tanda baca yang tepat menjadi rasa. Namun dalam hal ini saya berusaha membaca ulang agar tidak ada kekeliruan ejaan kata, mengingat banyak pesan para senior steemian berkata "Tulislah dengan ejaan yang baik".
Saya rasa ditahun 2018 tidak mungkin lagi kita salah ketik ejaan, kecuali sengaja typo.
Nah bagaimana jika salah ejaan itu terus terulang dalam setiap postingan seperti; tanpa-tampa, suasana-suwasana, dll apakah steemit mengfilternya?

*Flashback* ke topik menulis, sebenarnya dari kecil kita sudah diajarkan menulis huruf demi hufuf angka demi angka. Betapa kita sangat suka menulis saat itu, bahkan untuk menyempurnakan kembali kata yang salah ketik sampai lembar tulisan kehitaman kena stip. Nah ditengah masa kecil yang suka menulis, saat itu kita tidak sadar telah membuat sebuah karya cipta berupa altenatif stip yang kita buat dari karet gelang. Tindakan ini tak lain karena kita ingin membenarkan apa yang kita tulis.

#sahabat-mit, apakah dulu pernah bawa pulang kapur tulis kerumah, atau selembar kertas karbon bekas dari mesik ketik? Saat itu begitu besar semangat dalam menulis tanpa berharap Upvote, ya memang belum ada masanya. image

Namun, Saat itu ada bahagia tersendiri bisa coret-coret diatas kertas karbon, dinding rumah, tembok pagar (bukan tembok pacar), ditambah lagi kapur warna. Dan yang pernah kena lempar kapur mana suaranya?

Belakangan muncul alat modern peraga menulis untuk mereduksi anak-anak, mereka bebas menulis tanpa harus bersusah payah menghapusnya. Hanya sekali geser semua kenangan hilang tak lagi tersisa.

Nah sekarang di era digital kita justru semakin dibuat manja, beragam penawaran ditawarkan dari mode gestur jari sampai fitur bicara, tinggal bilang “oke google.”

Intinya, sebagai #warga-mit yang masih berstatus ureung baro teuka(orang baru) di steemit, saya mengali apa yang bisa saya pelajari, membaca yang sanggup saya cerna, jika bahasa inggris maka ciret lah saya.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center