Jejak Pertualangan

IMG_1084.JPGPerjalanan kami ke air terjun rawe tepatnya kami berangkat jam 14.00 dari tempat kos dan awal ceritanya kami pergi kesana sih gak ada rencana, tapi memang sudah sering diungkapkan akan ke sana tapi blm tau kapan, keseringan travelqu tak pernah di planning disusun dengan rapi selalu agenda dadakan.
Dusun Suku Gunung Rawe Kecamatan Lut Tawar Takengon. Ketinggian air terjun tersebut mencapai 50 m kurang lebih, perjalanan menuju kelokasi sekitar 4 kilometer dari Kampong Rawe, air terjun Rawe tersebut sangat indah dipandang oleh setiap orang yang datang. Suasananya masih perawan dengan kearifan localnya belum terjamahi oleh tangan manusia.

Kami terus melaju dalam perjalanan kami mengendarai sepeda motor menurut saya begitu santai dan pelan, tapi tidak lama kemudian aku berpikir dalam benak ku kalau kayak gini kapan nyampeknya karna aku sudah tak sabaran ingin melihat keindahan alam air terjun Dusun Suku tersebut.
Sampailah kami di Kampong Dusun Suku Rawe, bingung sih mau kemana, kami melihat kekiri dan kekanan melihat warga untuk bertanya, kami hanya punya modal berani bertanya.

“Bu maaf mau tanya apa betul ini jalan ke air terjun?”, kataku.
“Bukan, itu masih jauh.” Ibu tersebut menunjukan arah jalan ke air terjun Mengaya.
“Oo.. bukan air terjun itu, bu. Tapi kami mau ke air terjun Dusun Suku, apa betul bu ini kampong Dusun Suku”.
“Betul ini jalan,o ooo jauh masih keatas.”
“Jalannya bagus gak bu kira-kira? kereta kami nyampek gak kesana?”
Ibu itu menjawab, “Gak bisa nyampek kesana keretanya karena jalan nya gak begitu bagus.”
“Oh ya bu terimakasih.”

Tidak surut semangat juang kami terus melaju mengikuti jalan yang sudah ada, jalanya kurang bagus sih banyak kerikil disana mungkin bagi teman-teman yang mengendarai sepeda motor harus bisa menjaga keseimbangan. Akhirnya sampai di batu besar, yah seperti biasa kami sempatkan untuk berhenti hanya untuk berpose, jangan lupa mengabadikan apapun yang kamu lihat. Seolah-olah kami ketemu batu giok 20 ton hehe. Seru-seruan sih, tapi tak lain hanya memuji kepada sang pencipta batu tersebut,

Eh tiba-tiba salah satu teman kami ter jatuh dengan keretanya di tempat kami berpose, bukan dia kurang seimbang jalannya begitu turun dan melewati lobang besar. Biasa jatuh anak muda, tidak merasa sakit ketika ditanyak. Padahal luar biasa sedep rasaee. Akhirnya melihat kondisinya seperti beliau tidak bisa mengendarai sepeda motornya,
Oce kami teruskan perjalanan hingga kami kebinggungan.

“Eh kita dimana ini? Air terjunnya daerah mana sih?” dalam benak ku jangan – jangan kita kesasar.
Ya Allah, kami mau lihat kekuasaan-Mu lagi, hehehe padahal dalam hati takut lah tu.
Kami lihat kiri ke kanan ada orang gak ya, kerena jalannya melewati perkebunan warga dan pohonan yang rimbun, tidak lama kemudian ibu-ibu bersama anaknya keluar dari kebunannya, yah biasa tanya lagi. Alhamdllh Allah emang sayang kepada kami.

“Ibu masih jauh gak ya air terjun nya, kami mau kesana. Kira-kira lama gak nyampek nya bu?”
“Oh gak jauh lagi terus ke atas lagi nanti di sana ada irigasi masuk sedikit kedalam disana lah ada air terjunnya, gak hutan tu.”
“Oh ya bu terimakasih.”

Melihat wajah para penjelajah air terjun kali ini, tetap semangat rasanya belum ketemu air terjunnya jangan pulang, benar kata ibu tadi ,ternyata banyak kereta masyrakat pergi ke kebun itu mungkin jadi kami perkirkan sepeda motor kami juga bersamaan dengan sepeda motor punya warga tersebut. Eh ada anjing mengongong seolah-olah ia ingin menerkam kami, semua perjalananan berhenti, hus… hus kami gak gangu kamu kok, kami numpang lewat cuman yah.
Saya mengungkapkan bahasa seolah-olah memberi isyarat bahwa kami gak ganggu mereka, akhir nya pelanpelan kami mendekati terus dan berhentilah mereka mengongong.

Kami berjalan mencari-cari dimana ya air terjun, kata ibu tadi ada irigasi. Mengintip dari sebelah pohon yang menutupi irigasi tersebut kami semakin dekat terus melaju kesana, terlihatlah ada air turun dari gunung nya yg ketinggian hanya 50 m tapi airya kecil. Rumput daun hijau lumut yang memenuhi di air terjun tersebut itu bukti air terjun tersebut tak pernah di ganggu oleh masyarakat dan masih perwan banget. Takut sih melihat nya dan seolah tak berani untuk mendekat kesana.

Tapi aku tak lupa mengabadikan foto dari kejauhan, tak ada yang berani mendekat sih. Aku terus penasaran kalau foto dari dekat gimana apa indah gak ya? Aku semakin mendekat, akhirnya ternyata pesonanya tersembunyi dibalik rumput-rumput yang tumbuh tidak begitu tinggi. Tapi begitu hijaunya membuat angker dikit sih.

Dalam benakku kalaulah dirapikan sedikit saja pasti nampak elok dari kejauhan, tapi bagus juga sih agar tangan manusia tidak jahil untuk menebas rumput-rumput yang menutupi keelokan keindahan air terjun tersebut.
Kalaulah masyarakat menjadikan ini wisata, pasti banyak pengunjung yang datang dari luar negeri mau pun dalam negeri. Tapi melihat kondsi seperti ini memang Dinas Pariwista seharusnya bisa melihat apa saja yang bisa dijadikan asset wisata daerah Gayo. Agar syiarnya juga bisa mendunia dan semua orang bisa tau bahwa daerahnya sendri begitu banyak wisata yang begitu indah untuk dilihat dan bertambah bersyukur lagi kepda Allah. Bahwa Allah telah memberikan kekuasaa-Nya dengan wisata tersebut agar kita tidak malas bekerja dan rajin berusaha.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now