Saha anu apal nu linggih lungguh lénggah dina diri, tinangtu apal kana sajatina diri

Telaah filosofis...

Oleh: Aki SAROJI
Mantan Jawara Gunung Mandala Jabrik Cisuay Lebak samporet ..

Tahukan apa itu diri ?
Diri bukan tubuh, nama , identitas , bentuk , pikiran , akal budi /intelek atau spiritual anda
Diri adalah kesadaran murni atas penggunaan seluruh instrumen diri , Diri sejati Anda adalah kesadaran yang paling murni dan menjadi saksi atas diri anda yang Maha tunggal.

( nu Maha Tunggal Tunggal sarasa , tunggal sa-pangawasa, Ngancik’na raga salira. Dina batin anu sidik, anu tara daek nga-bohong, jeung di bohongan. Nu hurung dina jajantung. Nu herangna, di kalilipa Hurung tanding dammar hurung.Siang tanding dammar herang.
Anu hurungna, kurungan anu herang, eusi rasa kadi bulan, kadi sarangéngé ngahing medal. Remet menteng dina angen. Anu ngilo dina tikoro. Nu ngintip dina lalangit
Buka ini buka rohani Buka sintung, bukakeun gedongan ati.
Pang mukakeun cahaya ti anu maha kawasa. Supaya kapanggih bukti. Nu puguh diri sajati. Kudu nyata ceuk tuduhna...)

Dalam keadaan sadar atau tidak sadar akan Jati Diri anda, Jati Diri anda tidak akan kehilangan identitasnya dan juga integritasnya .. jika anda mengidentifikasi Diri dengan tubuh dan pikiran anda maka Diri berada dalam keadaan khayalan, dan proses identifikasi anda berada pada delusi dan palsu dan ini membuat Anda menderita.
Diri adalah saksi murni. Namun, Anda perlu menyadari hal ini. Agar benar-benar bahagia, Anda perlu mengalami makom Diri ( melepas makom kemelekatan).

Kemudian mengerti dan menyadari bahwa diri adalah kesadaran murni, saksi hanya melalui pengetahuan murni yang Anda ketahui tentang Jati Diri Anda sendiri.

(Mustikana ngancik jadi pamatri, dina galih anu wening, ati anu suci jembah manah dina rasa nu rumasa, jiwa nu wiwaha, kalawan pikir anu ngarti. Teges cirina sipat anu ngaJati diri. Kajembaran rasa tara kapolés ku rasa hayang témbong diri, lain ucap anu gelar, lain lisan anu nyora tapi témbongna jadi rasa, anu bisa dirasakeun ku rasa-rasa anu sarasa. KaHadéan anu gelar ngan ukur lilisanan, kahadé ngan ukur popolésan (basa – basi). Tapi kahadéan anu gelar ku laku jeung lampahna , Nyata teges Sarining kajembaran diri anu ngajati.

Ka jembaran Rasa, ti nangtu, bakal teges buktina, nyata aya salaku anu jadi cirina, ku kapribadianana, nyata mancerkeun cahaya budi jeung basana anu katata. Kajembaran rasa, usik sajero ning cicing, obah sajeroning dada, usikna , maranti diri, obah na maranti rasa. Nu nganteur ka lemah sungka nyangkaruk geusan kapuluk. Pasir liuh peupeuntasan. Ajrih ning rasa panggalih. Milih rabi minda rasa Rabi na ka sang gumati. Rasa na sang guruh minda guru na weruh pituduh.

Japa na Aji ning diri geusan midiri!
Japa na Aji ning rasa geusan mirasa!
Japa na Aji ning harti geusan ngarti !
Japa na Aji ning kersa geusan ngersa !

Nyumput buni nembrak caang. Buni sotéh niat ati anu suci, Nembrak caang ku laku lampah nu nyata. Nu di teundeun di handeuleumkeun, geusan paneuleuman nana. Nu di tunda dina hanjuang. Geusan diri ngadaya juang. Nya hamo luntur ku waktu. Kapan tapak dina tindak, kapan galur dina catur, mun di téang tangtu panggih mun dipénta tangtu mikeun. Nya hamo laas ku jaman)

Tubuh Anda terus berubah; melalui pengetahuan murni anda dapat memahami berapa banyak tubuh berbeda yang Anda miliki, namun Anda adalah eksistensi yang sama; berapa banyak kelahiran yang Anda ambil dan semua mayat mati dalam tubuh anda tetapi Anda selalu tidak tersentuh oleh kematian. Anda mungkin tidak dapat mengingat satu tubuh tunggal dari seluruh tubuh yang anda ambil, tetapi anda juga kemurnian yang sama.

Tubuh manusia memiliki mekanisme yang amat rumit dan canggih. Jika orang bisa memahaminya, maka tubuh bisa menjadi alat bantu yang sangat baik untuk mencapai kesehatan badan dan pencerahan pikiran. Ini bisa dilakukan, jika manusia mampu memahami tubuhnya sendiri. Jika orang tidak bisa memahaminya maka tubuh adalah penghalang manusia untuk mencapai kebenaran yang sejati. Tubuh, dengan segala kebutuhannya yang harus dipenuhi, menghalangi manusia untuk mencapai kesejatian. Demikian pula, pikiran juga berubah-ubah karena sesungguhnya gerak pikir itu selalu berubah, sementara dan rapuh serta ilusif dengan dengan banyaknya pikiran baik dan buruk yang bersembunyi di pikiran, sepanjang waktu.

Sayangnya, banyak orang mengira, bahwa diri mereka adalah tubuh mereka. Mereka pun semata-mata hidup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Mereka menjadi rakus harta dan nama besar. Bahkan, mereka rela mengorbankan orang lain, demi pemenuhan kebutuhan tubuh mereka. Banyak juga orang mengira, bahwa pikiran maupun emosi mereka adalah diri mereka sendiri. Ketika pikiran mereka kacau, mereka lalu jadi ikut menderita. Ketika emosi mereka menekan, mereka juga jatuh ke dalam depresi. Pikiran dan emosi yang naik turun bisa amat menyiksa batin seseorang.

Inilah kesalahpahaman mendasar dalam hidup manusia. Hidup kita akan kacau, jika kita menyamakan diri kita dengan tubuh, pikiran maupun emosi yang ada. Kita akan menjadi rakus akan harta dan nama besar. Kita juga akan sering jatuh ke dalam penderitaan batin yang amat berat. Siapa yang tahu semua ini? Hanya Anda dan Anda sendiri yang menyaksikan perubahan-perubahan ini terjadi dalam tubuh dan pikiran secara terus-menerus. Akal juga berperilaku berbeda: Kadang intelek menjadi gila dan pada saat lain ia bertindak dengan cerdas. Mengetahuinya dengan pikiran Anda tidak cukup, pengalaman harus ada di sana; apakah itu tidak aneh: mengetahui dan belum tahu? Mereka yang tidak menyadari Diri mereka, apakah Diri mereka mati dengan tubuhnya? Tidak, Namun, orang yang telah menyadari kemurnian Diri ketika dia menemui kematian, dia sadar dalam kesadaran akan eksistensi murni dan tubuh ini fana.

Diri adalah eksistensi murni dan saksi. Dalam kesadaran diri, ada sukacita yang luar biasa dan tidak mengenal diri sendiri, ada banyak rasa sakit dan penderitaan. Diri adalah kesadaran super, orang yang tahu, eksistensi murni, kebenaran, adalah mereka yang selalu sadar.

Kebahagiaan itu akan datang kepada Anda hanya dengan pengalaman. Kapan rasa sakit, penderitaan, kecemburuan dan kebencian akan meninggalkan pikiran Anda? Ini hanya akan terjadi ketika Anda memahami dan menyadari bahwa pikiran juga berbeda dari Anda. Tidak diragukan lagi itu dekat dengan Anda tetapi tetap saja bukan Anda. Jadilah saksi. Tetap terpisah jangan melekat walaupun sangat dekat. Anda hanya menjadi seorang pengamat, seorang pelihat; menyendiri dari semua perlengkapan dunia dan tubuh ini.
Maka hanya dapat yang benar benar-benar menikmati sebaliknya jika anda akan menderita karena tidak ada skenario yang akan tetap tidak berubah dari cara pandang anda terhadap tubuh dan pikiran anda. Perubahan pasti akan terjadi karena sifat dasar pikiran dan seluruh dunia ini. Makhluk yang tercerahkan akan berkata: jika kelahiran itu baik-baik saja maka kematian juga baik-baik saja karena sesungguhnya tidak ada yang terjadi pada Diri.

Orang yang menyadari hal ini akan berkata:
Apa yang bisa diambil dari ku apakah kelahiran atau kematian sungguh tidak apa-apa!
Apa yang diberikan kehidupan padaku tidak ada apa-apa!
Semua drama dunia ini terjadi di depanku.
Biarlah terjadi apa pun yang harus terjadi. Karena itu mengapa harus khawatir, cemas, takut?
Yang aku takutkan justru aku tidak bisa kembali ke Kesadaran dan Alam Semesta yang Sadar ......

(Leuwina pangasalan diri. Tapa di sagara rasa. Geusan nga balungbung timu. Jalan gedé sasapuan. Tapak geusan pangeunteungan. Ku semu, jembarna rasa. Galeuh bitung haté kangkung. Hurung nangtung siang leumpang. Pangjugjugan, alam caang poé panjang. Nagara tunjung Sampurna.)

tjag
R a m p é s…

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now