PARADIGMA FRIKATIFISASI ILMU(I:12)

Sebelum kita membahas mengenai Paradigma Frikatifisasi Ilmu secara komprehensif, terlebih dahulu kita harus mengetahui makna kata dari kata frikatifisasi. Frikatifisasi berasal dari kata ‘fricative’. Dalam kamus Macmillan English Dictionary, dinyatakan bahwa fricative merupakan bagian dari linguistik. Namun, inti dari kata fricative adalah membunyikan suara dengan mengeluarkan udara sebelum suatu huruf muncul, dimana mulut hampir ditutup.
Menurut Kamaruzzaman Bustamam Ahmad yang terdapat dalam karyanya, Acehnologi, istilah frikatifisasi ilmu adalah berupaya untuk mengadakan spirit ilmu ke berbagai penjuru mata angin atau seluruh sisi. Dengan kata lain, frikatifisasi ilmu merupakan upaya ilmu untuk bergerak sesuai denngan kekuatan cahay yang dimiliki pada suatu tempat penghasil ilmu pengetahuan. Karena dia merupakan penggerak, maka gerak ilmu baru terwujud dalam kehidupan manusia, setelah mereka mendapatkan udara dari hembusan tersebut. Atau, penggerak tersebut merupakan ruh yang dihembuskan pada wadah yang ada pada makhluk. Ilmu merupakan kekuatan yang menghidupkan kehidupan, bukan mematikan kehidupan. Jika ditamsilkan dengan ruh atau nyawa, maka paradigma frikatifisasi ilmu adalah kekuatan yang ditiupkan di dalam tubuh manusia, yang kemudian menjadikan manusia itu hidup.
Kaitannya dengan ilmu tentang ke-Aceh-an dengan pembahasan kita kali ini, yaitu, orang Aceh di kampung-kampung yang masih tradisional, ketika membakar sua yang terbuat dari ranting atau daun kelapa kering, akan menghembuskan udara, supaya api dapat dinyalakan. Begitu juga dengan dapur tradisional, dimana hembusan udara diperlukan untuk menghidupkan tungku api untuk memasak. Demikian pula, kalau api kecil seperti lilin, maka untuk mematikannya hanya perlu dihembuskan udara ke arah lilin tersebut. Akan tetapi, manakala api besar, maka cara memadamkannya adalah dengan menyiramkan air. Falsafah sua merupakan tamsil dari paradigma frikatifisasi ilmu, dimana perlu dicari ilmu yang mampu mencerahkan khidupan manusia. Karena paradigma ini berhubungan dengan kekuatan sebelum ada gerak atau bunyi, seperti kita menghembuskan udara.
Permisalan dalam frikatifisasi ilmu yang ditulis oleh Kamaruzzaman Bustamam Ahmad dalam karyanya yang berjudul ACEHNOLOGI seperti rimbunan bambu yang berdiri kokoh dan saling melindungi. Bambu mampu menegeluarkan suara, jikalau ada angin, tetapi tidak pernah goyah atau tumbang, karena memiliki akar yang amat kuat. Kehadiran bambu selalu untuk melindungi di sekitarnya. Kehadiran bambu juga mampu menjadi bahan hiasan. Jadi, keramaian batang bambu dan desiran angin yang menghembus adalah wujud dari frikatifisasi ilmu.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center