Bersyukur. Itu kata yang cocok untuk menggambarkan perasaan saya malam ini. Apa sebab? Saya bukan baru mendapat lotre, ataupun mendapat hadiah besar dari seseorang. Bukan itu. Tetapi nilai atau valuenya malah melebihi itu semua. Tidak terukur dengan uang. Apa dinyana? Saya malam ini berkesempatan ngobrol panjang lebar dengan dua orang anak muda Bireuen, yang masing-masing berkiprah di bidang yang berbeda.
@jubagarang adalah seorang anak muda Bireuen yang sehari-hari bekerja sebagai Pendamping Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Juli. Orangnya ganteng, low profile dan ramah. Tidak sombong dan rendah hati. Gambaran tersebut adalah nyata dan jarang ditemui pada para pemuda yang lain.
Pemuda selanjutnya adalah @hermanlc yang sehari-hari adalah seorang abdi negara, Pegawai Negeri di kantor Kecamatan Kuala. Profilnya juga hampir sama dengan @jubagarang. Ramah, low profile dan rendah hati. Yang bersangkutan, saat ini juga berkecimpung dalam bidang pengawasan Pemilu. Dia adalah Ketua Panwascam Kuala Kabupaten Bireuen. Mereka berdua adalah pemuda Bireuen masa depan.
Kembali ke persoalan awal. Saya bersyukur malam ini bisa berdiskusi panjang lebar dengan keduanya. Topik pembicaraan campur baur, mulai persoalan Pemilu sampai persoalan poligami. Kami saling sharing, terutama terkait Pemilu 2019. Kami singgung sedikit tentang poligami, itu hanya untuk mengingatkan diri masing-masing. Artinya, sambil bercanda, saya mengingatkan mereka agar jangan poligami, kalau tidak bisa menyembunyikan rahasia dari istri pertama....hahahaha...
Pembicaraan kami terus berlanjut. Tanpa terasa waktu kian larut. Akhirnya kami berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Saya mensyukuri kesempatan ngopi dan ngobrol dengan mereka malam ini. Semangat muda kembali hadir dalam diri saya. Meteka berdua menularinya pada lelaki 45 tahun ini. Saya ingin terus berkiprah bersama masyarakat Bireuen lebih baik lagi. Sampai tulang saya ringkih.
Terima kasih @jubagarang dan @hermanlc. Kopinya enak. Salam.