Perlahan, Aku Mulai Memahami Semuanya

Hai sobat stemit dimanapun kalian berada...
Hari ini aku ingin sedikit menyambung cerita ku dua hari yang lalu. Jika saat itu aku bercerita tentang pengalaman ku menjadi seorang calon wartawan muda di minggu kedua hingga ketiga. Hari ini aku akan bercerita tentang pengalaman ku di minggu ke empat dan kelima.

Cerita pengalaman kali ini akan ku rangkum menjadi sebuah wacana pemikiran yang aku dapatkan di saat bertugas dan mendalami profesi sebagai seorang calon wartawan muda.

Ya, ada beberapa pengalaman menarik yang ku dapatkan di minggu ini. Mulai dari tantangan mendapatkan berita melalui pengumpulan informasi melalui tokoh-tokoh besar, begitu juga terhadap tokoh masyarakat yang biasa saja.

Hal unik pertama ialah di saat aku melakukan peliputan berita di sebuah pasar tradisional Kota Subulussalam. Saat itu aku datang bersama dua orang sahabat seperti biasanya. Namun setibanya di dalam pasar, aku dan mereka langsung berpencar menuju sasaran masing-masing.

Sasaran yang kami maksud sudah kami diskusikan di kantor pagi ini. Ya, aku dan teman-teman selalu mendiskusikan hal apa saja yang akan kami ambil di saat lapangan peliputan kami sama. Hal tersebut bertujuan untuk dapat membuat masing-masing sebuah tulisan yang sama-sama dapat kita pelajari poin penting di saat penulisannya.

Pagi itu aku memilih sembako sebagai sasaran ku. Namun tidak secara keseluruhan. Aku hanya menitik beratkan nya kepada beras, minyak goreng, gula dan tepung. Maulidna, salah satu sahabatku memilih cabai dan jenis bawang. Sedangkan Ibrahim, ia memilih ayam potong menjadi sasaran berita yang akan ia tuliskan hari itu.

Setelah menemukan pedagang penjual sembako yang menjadi sasaran ku, tiba-tiba aku merasakan sedikit rasa gugup dan juga takut dari diriku. Sehingga aku menjadi linglung dan berputar-putar beberapa kali dari tempat tersebut. Takut, pedagang sembako tersebut mencurigai kehadiran ku yang selalu berputar-putar di daerah tersebut, akhirnya aku mulai menghilangkan diri ke tempat yang sedikit lebih jauh dari tempat pedagang sembako.

Aku menyadari bahwa hal ini ternyata sangatlah tidak mudah. Sungguh, baru kali ini aku merasakan ketakutan yang amat luar biasa di saat menghadapi seorang pedagang yang akan menjadi narasumber akan berita yang ku buat.

Setelah mengumpulkan segenap keberanian dan kekuatan, aku pun kembali ke tempat tersebut dengan sedikit tenang. Namun tanpa sadar, sikapku kembali menampakkan bahwa aku belumlah siap untuk melakukan wawancara dengan pedagang tersebut.

Hal tersebut tampak sangat jelas dengan diriku yang tiba-tiba langsung menyimpan hand-book ku ke dalam tas kecil dan mengeluarkan phone di genggaman ku. Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa tidak nyaman untuk meluncurkan pertanyaan jika aku langsung mencatatnya setelah mendapatkan jawaban.

Hal lainnya yang ku lakukan agar aku bisa menyimpan rasa takut yang ku rasa ialah dengan cara berpura-pura menjadi seorang pembeli kepada pedagang tersebut.

Ya, aku mulai berpura-pura bertanya tentang berapa harga beras yang bagus saat ini. Dan berpura-pura merasa tidak terima dengan mahal nya harga, akhirnya aku pun menanyakan harga beras yang di bawahnya dan di bawahnya lagi. Hingga akhirnya aku mendapatkan sebuah informasi, yaitu tentang harga beras.

Selanjutnya, aku juga berpura-pura menanyakan nama beras sesuai dengan harga masing-masing beras yang tadinya ku tanyakan. Akhirnya aku berhasil mencairkan rasa takut ku setelah sang pedagang me-respon keluhan ku dengan caranya. Akhirnya aku mendapatkan dua bahan tulisan untuk melanjutkan tulisanku.

Begitu juga dengan sembako lain seperti minyak goreng, gula dan tepung. Aku mulai mendapatkan semua berita tersebut dan mengumpulkannya dengan bentuk poin-poin sederhana yang ku buat di grup whats app pribadi ku.

IMG_20170716_103121.jpg

Dari cara seperti itulah akhirnya aku mendapatkan informasi yang bisa dikatakan lumayan bagi penulis dan wartawan pemula seperti kami.

Lucunya, hal tersebut tidak terjadi hanya sekali. Entah mengapa, banyak masyarakat yang kami temukan memiliki rasa takut dan enggan memberikan informasi kepada seseorang yang berprofesi sebagai seorang wartawan seperti yang kami rasakan. Hingga akhirnya kami sangat sulit untuk bisa bergerak di lingkungan masyarakat ketimbang yang lainnya.

Contoh lain ialah di saat seorang ibu pedagang ikan menolak untuk kami mengambil foto ikan yang ia jual bersama wajahnya. "Hanya foto ikan kan..?? Jika iya, silahkan. Asal jangan ada foto sayanya.." ujar ibu tersebut di saat kami mendekatinya tuk sedikit bertanya akan harga ikan yang ia jual saat itu. Tapi hal tersebut akhirnya kami urungkan di saat kami langsung di cekal oleh sang ibu.

IMG_20170716_103926.jpg

Satu contoh lagi ialah di saat kami ingin mendapatkan informasi dari beberapa narasumber yang berlalu lalang dan sekaligus menjadi pemakai jalan lalu lintas Sisik Naga yang terdapat di jalan nasional Subulussalam-Aceh Singkil. Tidak satupun pengendara mobil maupun motor yang berkenan untuk berhenti, walau kami sudah melambaikan tangan kami dan meminta dengan sangat baik kepada mereka di tengah terik matahari.

Sehingga sebuah ide akhirnya muncul dari kepalaku saat seorang penjual buah melalui jalan tersebut. Aku pun memanggilnya dan membisikkan ke telinga dua sahabatku untuk mewawancarai pedagang buah tersebut setelah memesan tiga kotak rujak yang hendak ia olah. Dengan cara tersebut akhirnya kami mendapatkan seorang narasumber dan terus mengorek seluruh informasi yang kami butuhkan darinya.

IMG_20170715_104444.jpg

Tentu saja pedagang buah dan rujak tersebut tidak menolak. Karena hal yang menjadi andalan ku ialah, "Pembeli adalah Raja". Sehingga sampai akhir, kami pun berhasil mendapatkan data yang kami butuhkan dengan sebaik-baiknya.

Hal ini baru ku rasakan selama memiliki profesi sebagai seorang calon wartawan muda. Banyak orang yang takut dan kurang menghargai wartawan karena kesalahan beberapa orang saja. Sehingga kita tidak berhak men-judge profesi wartawan itu tidak baik, yang tidak baik ialah hanya oknum-oknum yang melakukan dan meninggalkan sebuah kesalahan tanpa merasa bertanggung jawab terhadapnya. So, himbauan saya pada semua masyarakat dan juga penulis dan pembaca setia steemit, mari kita hilangkan pemikiran negatif tentang seorang wartawan. Dont Judge Them From Cover..!!

Untuk hari ini cukup hingga di sini saja ya...

images.jpg

Bagi sobat steemit yang ingin terus berbagi dan juga terus membaca cerita ku, silahkan follow aku di @imrhatussholihah .. dan jangan lupa untuk meninggalkan komentar serta masukan yang bermanfaat di kolom komentarnya ya...

Terimakasih untuk seluruh pembaca setia..

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center