Perseteruan Lutung dan Kera

Seekor lutung yang bingung duduk merenung di dahan sindur tepi gunung. Ia terlanjur resah dengan undangan yang tiba untuknya dari pasukan kera rimba. Adapun undangan itu datang bersebab ia terlanjur sombong berujar kepada seekor monyet tentang kelebihannya.
image

"Tidak ada satu pun di antara kalian yang melebihi tingkat kehormatan kami. Mulai sekarang kami tekankan, lutung adalah kasta tertinggi di kelas mamalia," ujar lutung dengan kesombongan luar biasa.

Para monyet yang tidak begitu siap bahan untuk melawan, terdiam. Namun salah satu di antara mereka segera mencari cara menghakimi kesombongan para lutung celaka. Setelah duduk sepakat dengan berbagai bijak mufakat, diputuskanlah untuk melaporkan kesombongan para lutung kepada pasukan kera yang menurut mereka mahir bersulam kata. Lagi pula mereka mengenal para kera sebagai hewan yang cepat tersulut amarahnya.

Kera dapat kabar dan benar saja, mereka marah besar. Segera ditugaskan ahli surat menulis undangan, segera diutus salah satu yang tercepat larinya untuk mengantar. Setelah lunas, barulah strategi dipersiapkan.

Hari yang ditentukan tiba. Para mamalia memadati arena yang telah disiapkan sebagai ruang pembuktian siapa pemilik kasta tertinggi di kelas mereka. Para lutung tiba dengan kegagahan yang dipaksakan. Lengkap pasukan.

Acara dimulai. Seekor simpanse tua naik mimbar memberikan sambutan. Orang utan sebagai host. Sedangkan gorila duduk sebagai pengadil dan pengambil keputusan. Kera dan lutung dipersilakan menuju ruang perdebatan.

"Baiklah," kata orang utan, "siapakah yang akan memulai memberikan pembuktian bahwa golongan mereka yang terbaik di kelas mamalia?"

Dengan sikap bijaksana kera mempersilakan lutung memulai. Alasannya, karena lutunglah yang sudah menjadi penyebab munculnya ini tikai. Lutung tersenyum sinis dan meremehkan. Dia mulai memaparkan.
image

"Saudara kami sekalian. Tidak panjang lebar. Apakah saudara pernah mendengar kisah lutung kasarung? Betapa hebatnya lutung. Dari kami muncul ilham dan inspirasi kepada tukang kisah yang merenung. Mereka buat karya besar mengandalkan nama kami. Karya yang penuh kearifan lokal."

"Tentu saja ada yang dari kalian jadi ilham karya, tapi mereka tidak nasionalis, berguna bagi orang luar, tidak tradisionil, mereka tidak cinta tanah air. Kamilah, para lutung yang telah dan selalu mencintai kampung tempat bernaung. Sungguh kami telah sangat berguna bagi nusa dan bangsa. Sekian dan itu saja," tutup lutung yang disambut bahana tepuk tangan hadirin yang ada. Tepuk tangan itu memenuhi seisi rimba.

Ditanya adakah alasan tambahan sebagai penguatan, sang lutung menggeleng penuh kesombongan. Menurutnya, itu satu alasan saja sudah menunjukkan segala kelebihan mereka. Maka orang utan pun memberikan kesempatan kera untuk menunjukkan bukti-bukti dan alasan mengapa mereka layak berada di kasta tertinggi.

Kera maju. Tatapan semua mata hadirin antara berharap dan ragu. Ketika ia berdehem, sekalian hadirin menghela napasnya.

"Baiklah, hadirin sekalian. Kera berdiri di sini sekali sebagai penantang. Kami yakin menang," ucap kera sebagai pembukaan. Semua tepuk tangan.

"Jika mereka mengandalkan diri sebagai ilham, mestinya kami juga punya. Kalian pernah dengar Kera Sakti dan Monkey King? Oh, baiklah, itu bukan kearifan lokal dan tidak nasionalis. Sekarang kami tunjukkan betapa kera lebih banyak menjadi ilham bagi manusia. Lutung hanya ilham cerita. Kera telah menjadi ilham terhadap kekayaan kata-kata."

"Mana buktinya?" serang seekor lutung di sudut utara.
image

Dengan tenang kera menjawab, "tolong diingat dan dicatat. Jika ketenaran adalah patokan kasta, maka kami sudah menang dari awal, saudara-saudara. Buktinya, di kamus besar bahasa Indonesia tercatat nama kera puluhan kali, sedangkan lutung hanya sekali. Tidak percaya? Ini buktinya. Kata pertama tentu saja 'kera', itu pasti. Selanjutnya coba bandingkan. Di KBBI ada kata 'kerabat' tidak ada 'lutungbat', ada 'keramat' tidak ada 'lutungmat', ada 'keras' tidak ada 'lutungs', ada 'keramas' tidak ada 'lutungmas', ada 'kerap' tidak ada 'lutungp', ada 'kerajaan' tidak ada 'lutungjaan', ada 'kerajinan' tidak ada 'lutungjinan', ada 'keranjang' tidak ada 'lutungjan', ada 'kerah' tidak ada 'lutungh', ada 'kerak' tidak ada 'lutungk', ada 'keracunan' tidak ada 'lutungcunan', ada 'kerang' tidak ada 'lutungng', ada 'kerasukan' tidak ada 'lutungsukan'. Perlu tambahan? Beli KBBI. Baca sendiri. Itu saja sudah cukup menyatakan pada hadirin sekalian bahwa kami lebih populer. Nama kami lebih banyak disebutkan. Wait, memangnya sepopuler apa lutung kasarung? Hanya segelintir orang saja yang tahu," tutup kera.

Tepuk tangan hadirin membahana. Kera turun mimbar perdebatan dengan rasa kemenangan. Para lutung ternganga. Mereka kehabisan kata-kata. Palu diketuk oleh gorila yang bijaksana sambil tertawa.
image

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center