Siapa yang Bos?

istockphoto-108365023-612x612.jpg




"Mas, bantuin aku bawa belanjaan ke dapur, dong."

"Dik, tinggalkan saja tas belanja itu di meja. Ada hal penting yang harus kita bicarakan."

"Ada apa, Mas? Aku harap papamu tidak kambuh lagi."

"Tidak, tidak, aku baik-baik saja. Ini soal lain."

"Ada masalah apa, Sayang?"

"Dik, terus terang saja. Aku tak suka caramu memperlakukan aku dengan memerintah ini-itu. Aku kepala keluarga,bos di rumah ini. Karena itu, aku layak diperlakukan dengan hormat. "

"Mas, apa selama ini kamu merasa bahwa aku selalu menyuruh-menyuruh kamu?"

"Tadi itu buktinya. Kamu menyuruh aku mengangkat belanjaan ke dapur, seakan-akan aku pelayan. Kamu tahu? Aku diolok teman-teman di kantor, katanya suami takut istri."

"Baiklah, katakan padaku. Apakah Mas akan lebih bahagia jika aku tidak memintamu untuk melakukan sesuatu? Atau lebih baik begini, bagaimana jika Mas yang memberiku perintah? Dengan begitu, Mas akan lebih bahagia dan tidak perlu malu di depan teman-teman Mas."

"OK. Mari kita coba dan kita lihat apa yang terjadi."





“Dik, mengapa galon air minum kosong semua?”

"Ya, sudah habis, Mas.”

“Mengapa tidak kamu pesan?”

“Aku tidak punya uang untuk membayarnya.”

"Mengapa kamu tidak minta uang padaku seperti biasanya?"

"Mas lupa? Mas kan bos di rumah ini. Seharusnya Mas memberiku uang dan menyuruhku memesan air mineral."

"Dik, mana mungkin aku harus mengurus segala tetek bengek rumah tangga!"

“Sebetulnya aku sependapat denganmu, Mas. Bahkan, jika diizinkan untuk memberi saran, aku akan mengatakan bahwa lebih baik jika aku saja yang repot mengurus tetek bengek yang Mas bilang barusan. Tapi di zaman sekarang, istri ‘kan tidak diizinkan untuk melakukan itu."

"OK, aku tahu apa maksudmu, Dik. Kamu akan terus mempersulitku sampai aku setuju untuk melakukan hal-hal menurut caramu, kan?"

“Sayang, aku tidak ingin melakukan sesuatu dengan caraku atau caramu. Aku hanya ingin dilakukan dengan cara kita, cara yang terbaik untuk kita. Aku tahu Mas orang sibuk—Mas sendiri barusan bilang bahwa Mas tidak punya waktu untuk mengurus segala tetek bengek rumah tangga. Aku pintar dalam hal itu, Mas. Dan aku mengerjakannya dengan sepenuh hati. Jadi aku pikir lebih masuk akal kalau aku saja yang untuk menangani hal ini."

"Tapi ketika kamu merencanakan dan memutuskan sesuatu, aku merasa seolah-olah aku tak dianggap, aku hanya setuju dengan semua yang kamu katakan, Dik."

"Coba renungkan, Mas. Alasan Mas setuju bukan karena Mas menelan semua saranku tanpa berpikir, tapi karena Mas telah memikirkannya dan karena saranku masuk akal makanya Mas setuju. Ketika seorang lelaki yang pintar mendapat saran yang masuk akal yang dibuat oleh seorang perempuan yang pintar, apa lagi yang harus dilakukan selain menyetujui saran tersebut?"

"Tapi bagaimana dengan pendapat orang lain? Aku tidak mau orang-orang menertawakanku sebagai seorang suami takut istri."

"Bagaimana dengan apa yang dipikirkan orang lain? Apakah mereka menikah denganmu? Mas, apa yang cocok untuk orang lain mungkin tidak cocok untuk kita. Ada orang-orang yang hanya senang ketika mereka bisa menyuruh-nyuruh orang lain, dan ada orang-orang yang hanya senang diperintah orang lan. Tuhan mepertemukan mereka, membuat mereka saling jatuh cinta dan menikah.

Mas ingat saat pertama kali kita bertemu? Salah satu alasan Mas tertarik padaku karena aku pintar. Aku memilih untuk menikah, karena aku ingin menggunakan kepintaranku membuat hidup Mas bahagia. Aku juga memilih untuk menikah, karena aku percaya bahwa Mas akan membiarkan saya menggunakan kecerdasanku untuk membuat hidup Mas bahagia. Mengapa tidak membiarkanku terus melakukan itu? Selama Mas bahagia, mengapa harus khawatir tentang apa yang orang lain katakan?"

"Dik! Dari tadi kamu bicara tentang kepintaranmu , kecerdasanmu. Bagaimana denganku? Hanya seorang lelaki pintar yang bisa memilih perempuan pintar untuk dijadikan istri!"

"Hanya jika perempuan pintar itu memutuskan bahwa dia ingin menikah dengan lelaki pintar tersebut."

“Betul juga. Sekarang, apa yang akan kita minum kalau haus?”



Bandung, 9 Februari 2017

Image source

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now