Hati yang Lembut

p99191626-3.jpg





Suatu pagi yang belum begitu terang, Rustam menggedor pintu gubuk kami. Rustam adalah operator alat berat di perusahaan kayu lapis yang menguasai lahan luas di tanah adat nenek moyang kami.

Dia muncul di gubuk kami dari hutan pinus mengendarai traktor ber-AC yang dilengkapi dengan gergaji putar pemotong pohon di depan. Bosnya menyuruhnya untuk membersihkan perdu dan semak-semak tebal di sekitar kampung untuk ditanami pohon pinus.

Rambut gimbal Rustam melambai-lambai dari bawah helm pelindung. Kumis dan brewoknya hitam kelabu berantakan tumbuh sembarangan. Aroma apak tembakau dan minyak solar menempel pada lekat pada seragam kerjanya yang belum diganti dari kemarin. Begitu aku membuka pintu, dia melangkah melewati pintu gubuk kami seperti kucing liar. Dengan sopan dia menolak kopi yang aku tawarkan. Kehadirannya di sini untuk bekerja.

Rustam mengoperasikan traktor itu lima jam dalam sehari. Dia melakukan sebaik-baiknya cara mengangkat kayu gelondongan, menyelamatkan bibit pinus, dan menyelamatkan pohon kayu yang bagus yang masih muda. Menjelang makan siang, dia menghentikan mesin raksasa itu untuk merokok dan berbincang-bincang dengan ayahku.

Dia menceritakan bagaimana dia dan keluarganya dulu tinggal di sebuah rumah kecil di bawah kabel listrik tegangan tinggi. Entah mengapa rumah mereka selalu menjadi sasaan sambaran petir.

"Kilat membuat seluruh rumah bergaung. Bola lampu berkedip-kedip sebelum meletus. Tiak ada peralatan listrik atau elektronik yang berumur panjang. Kedua anak perempuanku bersembunyi di kolong ranjang."

Percakapan beralih tentang rusa. Rustam tinggal di balik hutan pinusdi hulu sungai. Sekitar empat belas tahun yang lalu, dia sedang mengendarai pick up di jalan hutan, ketika sebuah truk menghalangi jalannya. Truk itu baru menabrak seekor rusa betina. Rustam turun dan memeriksa tempat kejadian. Rusa betina itu telah tewas, tapi dia mendengar suara mengembik kecil yang lemah.

"Seekor bayi rusa kecil dengan tali pusar masih tersambung. Aku kebingungan, taktahu harus berbuat apa."

Dia menggendong bayi rusa itu dan membawanya pulang. Di rumahnya, dia menggendong dan memberinya susu untuk bayi dengan botol. Dia membuatkan tempat tidur dari kayu peti kemas dan meletakkannya di lantai di samping tempat tidurnya sendiri.

Sampai sekarang, rusa betina itu masih tinggal di pekarangan rumah Rustam. Setiap tahun di bulan Januari, Rustam membuka pintu gerbang. Sang rusa betina keluar selama seminggu atau lebih, dan kemudian kembali lagi ke rumahnya. Setiap tahun, rusa betina itu melahirkan anak rusa kembar. Rustam memakaikan lonceng padanya sehingga orang yang mungkin melihatnya akan menyadari bahwa rusa-rusa itu tidak liar.

“Kebanyakan rusa liar,” dia menjelaskan, “usianya tidak lebih dari dua belas. Aku berharap dia akan hidup lebih lama lagi, mungkin enam belas. "

Rustam selalu memberi makan rusa itu irisan ubi jalar matang dengan tangannya setiap hari.




Bandung, 10 April 2019
Image source

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now