Kutunggu Jandamu

Masih teringat didalam pikiran tentang kata-kata di belakang sebuah truk beberapa hari yang lalu. Ingin sekali kutulis tentang kata-kata tersebut, tapi apa daya, hasrat hati menolaknya. Kali ini jemari-jemari ini mengkhianati hatiku, dia mengadu pada otak, beberapa strategi jitu dilakukannya. Otak mendengar dan mengiyakannya. Lantas otak pun bermusyawarah dengan hati, hatipun luluh karena rayuan sang otak. Para jemari senang, hati mengizinkan untuk menulis sepenggal kisah kenangan tentang kata-kata tersebut.

image
Source

"Kutunggu Jandamu"

Mata ini melihat kata-kata di belakang sebuah truk, mulut mengeja dengan komat kamitnya, otak berkata ah, ini tulisan sudah biasa ku lihat. Hati terkejut sang otak meremehkan kata-kata itu.

Hati protes pada otak. Hey, apa kamu lupa? Sebuah kisah silam yang terjadi pada kita semua? Bukankah kita belum bisa move on dari kisah itu? Ayo lah kawan, kamu tidak boleh meremehkan nya.
Otak malu, dia ingat, tetapi dia pura-pura lupa. Mata hanya diam. Dia terus saja melihat kata-kata itu. Mulut mengunci rapat-rapat bibirnya. Telinga tetap menjadi saksi bisu, dari dulu dia hanya bisa diam. Dia pasrah. Apapun yang terjadi, dia akan menerima.

Otak memutar kembali pikirannya, kisah itu menjadi sebuah kenangan silam yang di sesalinya. Iya, wajar saja, yang paling sedih di antara mereka hanya otak dan hati. Selama ini, hati selalu sedih dalam diam, dia tidak pernah menyuruh mulut untuk mengungkapkan nya. Dia tidak mau semuanya sedih. Otak merasa bersalah, karena hanya dia yang diputuskan untuk mengingat kisah-kisah yang pernah terjadi.

image

Ketika itu, sang pujaan hati meninggalkan kami dalam kesendirian yang tidak bertepi. "Hati memulai untuk menceritakan nya".

Sang pujaan hati pergi
Entah, apa salah kami
Kami bingung saat itu
Gundah gelana menyelimuti kami

Dia pergi dengan hati yang lain
Dia tega
Dia jahat
Dia tidak punya perasaan

Janji-janji yang diungkapkan dulu hanya sebuah fiksi yang tidak ada ujungnya.

Kami rela melepaskan nya saat itu
Mulutnya penuh dengan kebohongan

Kami kecewa
Kami sedih
Kami marah

Pada akhirnya, kami jua tidak bisa berbohong
Kami masih mencintainya
Kami masih merindukannya
Seandainya dia kembali
Kami akan menerima nya kembali

Oh, sang pujaan hati
Kutunggu jandamu

Jemari berhenti, dia tidak sanggup lagi menuliskannya.

Banda Aceh,

@achieymasrur

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now