Panen Semangka di Desa Blang serta berbagi ilmu pertanian.

Mencari pelepah Rumbia sebagai tongkat mengisi mulsa pada bedengan untuk ruang praktikum di kebun percobaan fakultas pertanian Universitas Jabal Ghafur, Sigli. Sekitar pukul 17:30 WIB, Anda bisa pergi ke Desa Blang Kecamatan Mila yang tidak jauh dengan kampus saya.

Sebuah atap dari terpal biru berada di antara sawah dan aspal jalan, di bawah naungan sementara untuk menimbang semangka setelah panen, tetapi tidak terpapar sinar matahari langsung dengan tujuan agar kualitasnya terjaga.

Orang yang tidak bisa saya kenal berada di tempat yang menyapa saya "Cicipi semangka ini?," Ujar petani tersebut, Anda mencoba untuk berhenti dan turun dari sepeda motor kemudian menemuinya. Beberapa potongan yang berada di bawah naungan tersebut, bapak tersebut langsung memberikan kepada Anda untuk mencicipinya.

Setelah beberapa saat, saya bertanya kepada bapak tersebut "bang dimana ada pohon Rumbia ,?" Tanya ku, "di sebelah sana!" Jawabnya sambil menunjuk ke arah timur sana, "untuk apa nak?" Tanya beliau lagi, "untuk tongkat penarik mulsa sebagai bahan praktikum bang" jawab saya, "oee jadi mahasiswa pertanian, tolong lihat bagaimana dengan upacara buah semangka ini " Ujar bapak tersebut.

Setelah saya melihat dengan bagian yang membusuk seperti diketok palu maka petani lokal mengatakan " tapak palee ( 🔨) dalam bahasa pertanian" Atraknosa yang disebabkan oleh jamur atau cendawan kompilasi hujan musim hujan.

Dengan keadaan daun yang bercak hitam banyak yang mengatakan dengan penyakit karat daun yang berjuang daun tidak berfungsi semestinya.

"Begitu yang saya jalankan tentang penyakit semangka tersebut?" Ujar saya untuk bapak tersebut.

Saya sangat yakin petani lebih memahami dari saya sebagai mahasiswa bidang pertanian karena ia hanya belajar menggunakan teori dan hanya saja.

Jalan yang bersekutu dengan petani asing membuat saya sangat sadar.