Hidayah Cinta di Bumi Formosa

Kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi di kemudian hari. Karena semuanya adalah misteri dari Sang Pemilik Semesta. DIA yang membuat dunia ada, lengkap dengan segala isinya. Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang wanita. Beliau Cantik, dan masih muda. Kedatangannya ke Taiwan pada 01 November 1992 silam adalah sebuah garisan takdir yang tak bisa ditentang. Datang ke mari sebagai pengantin asing, karena dahulu memorandum kerja sama pekerja migran belum diberlakukan.

Sebagai seorang Cina Kalimantan yang menikah dengan penduduk asli Taiwan, tentu saja Alya bukanlah seorang muslim. Hari-hari dijalani selayaknya pengantin asing lain yang mengikuti adat istiadat sang suami. Hingga lahirnya buah cinta kasih antara Alya dan Tuan Feng, suaminya. Begitula si Mba cantik tersebut memiliki nama.

Waktu pun beranjak cepat, menggerus setiap peristiwa yang ada di pusarannya. Alya kini resmi menjadi seorang ibu, yang membuat sempurna hidupnya. Dihujani cinta kasih dan sayang dari suami tercinta, apalagi anak laki-laki adalah penerus warga dalam trah Tiongkok. Namun, ternyata di balik kebahagiaan yang ia jalani, Allah tengah mempersiapkan kisah lain untuk Alya.

Bak petir menyambar di siang hari saat Alya mendengar suaminya kecelakaan. Sungguh ia tidak percaya. Bahkan rasanya perayaan menikah masih ia rasakan. Karena kecelakaan tersebut, statusnya harus menjadi janda. Sungguh kenyataan yang benar-benar membuatnya terpuruk dan remuk redam. Langit seolah runtuh menimpa tubuhnya yang ringkih, apalagi posisinya yang hidup di negeri orang.

Menjadi orang tua tunggal tentu tidaklah mudah, Alya harus bertarung dengan kehidupan, membanting tulang guna mencari nafkah demi anaknya tercinta. Ia tak mau hidup menadah. Setelah susah payah mencari pekerjaan, akhirnya Alya bekerja pada sebuah pijat reflexi. Maklumlah Alya bukanlah seseorang yang mengenyam pendidikan tinggi sehingga bisa kerja di perkantoran. Baginya, dapat menyambung hidup sembari terus berjalan itu sudah alhamdulilah.

Setelah bertahun-tahun bekerja, ia pun akhirya mengmbil sekolah pijat. Hingga akhirnya dapat membuka sebuah usaha sendiri. Siapa nyana, ditempat itulah ia bertemu seorang pemuda dari Indonesia yang tengah menjalankan usahanya di Pulau Formosa. Akhirnya Hati mereka pun tertaut. Benang-benang asmara tersulam rapi, hingga membentuk rajutan cinta kasih yang menuju pelaminan tak memandang status pria yang perjaka dan Alya yang tengah menjanda. Hingga akhirnya ijab Kabul diucapkan, Alya pun menjadi muallaf dan belajar tentang Islam. Hidayah ini ia temukan tanpa paksaan. Alya yakin Islam agama indah yang mengajakan kebaikan, pada seluruh umat di dunia.

Senja itu, dibawah langit Formosa, aku dengan penuh takzim dan khidmat mendengarkan cerita. Cinta memberikan kekuatan untuk tegar dan bertahan. Dan cinta pula yang mendamparkan Alya dalam kebahagiaan dan senyum yang merekah seperti sekarang.

Saya bertemu beliau saat sama-sama tengah belanja Gamis di toko @dewins tempat sahabat saya. Alya meminta saya membantunya untuk memilih busana yang akan ia kenakan untuk mengahidiri pengajian. Akhirnya saya pilihkan beliau sama seperti yang saya kenakan. Outer batik dipadu hijab berwarna carah. Entahlah ... saya pribadi pencinta warna cerah, karena saya berharap hari-hari saya indah, seperti warna yang saya kenakan. 😊

Dari penuturan beliau, ia ingin berangkat ke tanah suci bersama suami dan keluarganya. Sungguh perjalanan hidup berliku dan memiliki makna. Semoga dari kisah sederhana ini, kita dapat memetik hikmah dari semuanya. Serta menjaga cinta yang kita punya.

Cinta dan memberi adalah dua kata sejati dalam kamus nurani (Helvy Tiana Rosa)

Taiwan, 6 Juli 2018