Menyatukan Steemians Aceh, Bisakah?



Salam untuk steemians yang ada di Aceh, tulisan ini saya khususkan untuk kita yang berada di daerah paling barat di bagian Indonesia yaitu provinsi Aceh.

Beberapa hari ini saya melihat ada potingan tentang pro-kontra jejak steemit di Aceh, bagi saya itu bukanlah hal yang diperdebatkan, tetapi yang kita harapkan semua adalah menguatkan Aceh dengan hadirnya steemit di kalangan kita saat ini.

Kebenaran sejarah itu akan terbukti nantinya, jika dia benar-benar steemian yang peduli terhadap daerah yang pernah di jajah oleh negara luar bahkan bekas jajahan negara sendiri, bisa dikatakan kita sampai sekarang masih dalam status terjajah dengan bukti setiap manusia yang lahir di Nusantara ini maka sudah terutang dengan Negara sekitar Rp, 14 juta sekian dan itu dihitung dari hutang Negara yang sampai tahun 2017 sekitar USD 320,28 miliar atau setara dengan Rp 4.274 triliun dan data itu resmi dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI).

Nah, persoalan steemit sekarang di kalangan kita adalah tentang penggunaan tag antara Indonesia dan Aceh sehingga berujung pada jejak hadirnya steemit di Aceh, namun saya pribadi sangat mengharapkan kepada senior steemians yang ada di Aceh, jangan menasionalkan diri anda jika Aceh sendiri masih anda lupakan sehingga terjadinya perpecahan sesama steemians.

Disini saya tidak menyalahkan siapa-siapa, Cuma tulisan ini hanya sebagai saran yang berbau kritik untuk para senior steemit di Aceh, kenapa saya tidak menyebutkan senior steemit di Indonesia,? Karena di feed steemit saya yang terlihat rata-rata steemians dari Aceh yang sudah memiliki reputasi 60 keatas bahkan ada yang sudah 70.

Dimana bedanya Indonesia dan Aceh,? Bagi saya tidak ada perbedaan, tetapi yang ada hanya sejarah kemunculan steemit saja yang membedakannya, dan bisa kita ibaratkan dengan kedatangan Islam pertama di Indonesia yaitu wilayah Kesultanan Samudera Pasai – Aceh sehingga dijadikan Sumatera dan tidak lagi menyebutkan Aceh.

Dampak dari itu presiden Indonesia Joko Widodo pada waktu itu menetapkan Barus Tapanuli Tengah provinsi Sumatera Utara sebagai titik nol pertama masuknya Islam di Indonesia dan sejarah Aceh pun hilang.

Hal tersebut persisnya dengan kita steemians sekarang, rata-rata penggunanya yang tebanyak di Aceh, dan di Aceh itu paling terbanyak lagi adalah Kota Lhokseumawe yang merupakan daerah yang menjadi pusat sejarah peradaban Islam di Massa kerajaan Samudera Pasai.

Apakah memperdebatkan steemit ini menguntungkan kita,? Saya hanya bisa menjawab tidak, tetapi kita harus yakin platform sosial media yang mendapatkan riwards dari blockchain ini nantinya akan membanjiri Negara Indonesia.
Begitu juga dengan komunitas, akan muncul lebih banyak lagi sehingga pusat peradaban dengan jiwa persatuan dan memunculkan keluarga baru akan lahir dan disitulah sejarah dimulai, siapa dibalik dibalik itu.

Saya pribadi sangat mengapresiasi para promotor steemit di Aceh, terutama di daerah Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, dan terbukti mereka telah melakukannya dengan hadirnya steemians terbanyak di Aceh dan yang ke dua adalah Kota Banda Aceh.

Promotor itu bagi saya terbagi dua, yang pertama orang yang memandu steemians baru sehingga dia sukses di steemit bisa dikatakan untuk saat ini rata-rata steemians baru telah melangkahi para promotor yang memandu dirinya. Yang kedua adalah para promotor yang mempunyai komunitas dan juga membentuk strategi untuk memunculkan steemit hingga kepelosok Desa yang ikut membantu dengan pembuatan akun baru dan juga memandunya.

Nah kedua bagian itu saya lihat sudah dilakukan oleh komunitas dan steemian Aceh, ini saja tulisan dari saya, semoga kita ada tim yang menyatukan steemians Aceh sehingga kita bisa menjadi keluarga dengan mempunyai ikatan ibaranya dalam satu keluarga.

Salam sukses untuk semuanya, baca tulisan saya sebelumnya Disini

Regards: @taministy

Discord Nanggroe Steemit Community (NSC ); https://discord.gg/cdBc8y4

My Discord, tami#5445



H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center