Cara Lain Mendukung Timnas Indonesia Jelang Laga Lawan Malaysia

image

Sumber Gambar

Timnas Indonesia U-22 akan berhadapan dengan Malaysia dalam semifinal SEA Games 2017 cabang olahraga sepakbola di Stadion Shah Alam, Malaysia, Sabtu (26/8/2017) pukul 19.45 WIB.

Laga berjuluk El Clasico ASEAN ini memperebutkan tiket ke partai puncak.
Bermain di kandang lawan, Indonesia dipastikan akan mendapat tekanan dari suporter tuan rumah.

Namun demikian, Indonesia akan didukung penuh oleh suporter nya. Pun demikian pihak suporter Indonesia yang sudah lama menetap di Malaysia siap memberi bantuan semangat untuk skuat Garuda Muda.

Bertanding di negeri orang jelas akan memberi banyak tantangan bagi Timnas Indonesia. Jumlah penonton yang datang langsung ke stadion Shah Alam pasti tak sebanyak saat timnas berlaga di Gelora Bung Karno.

Suporter yang datang langsung ke stadion akan mengerahkan segala tenaga dan emosi demi mendukung timnas. Lantas, bagaimana cara membantu timnas bagi kita yang menonton dari layar kaca? Bagaimana memberi kontribusi dan semangat untuk timnas?

Santai saja, meski tidak berada di stadion tempat timnas berlaga, kita punya banyak cara untuk mendukung mereka dari jauh. Berdoa adalah cara lain untuk mendukung timnas. Bukankah dukungan terbaik untuk orang-orang yang sedang berada jauh dari kita adalah do'a?

Do'akan adalah dukungan paling ampuh yang bisa diberi untuk orang-orang tercinta. Do'a mampu mengobarkan semangat, membuka pikiran dan memberi rasa aman jika ia dihantarkan dengan khidmat dan tulus.

Kita imbangi dukungan yel yel suporter di Stadion Shah Alam dari rumah, warung kopi dan tempat nonton bareng lainnya dengan untaian do'a-do'a baik buat timnas.

image

Sumber Gambar

Dengan do'a kita berharap timnas mengulang kejayaan yang dulu pernah terukir. Sejarah tak bisa dihapus dan perlu dibuka kembali. Di era 1960-an bisa dibilang tahun kejayaan Indonesia di level Asia.

Saat itu, Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Jacob Sihasale, Kadir, Iswadi Idris, Andjiek Ali Nurdin, sampai Yudo Hadianto sanggup mengharumkan Merah Putih dengan menjuarai banyak kejuaraan, yakni Turnamen Merdeka (1961, 1962, 1969), Piala Emas Agha Khan (1966), Piala Raja (1968), juga medali perak Asian Games di tahun 1966.

Performa stabil berhasil ditorehkan di tahun 1970 sampai 1980-an. Sayang, Indonesia saat ini bagaikan Macan Asia yang sedang tertidur.

Kejayaan seakan mulai menjauh. Indonesia kesulitan untuk bersaing di level Asia, bahkan Asia Tenggara. Namun besar harapan kita pada pergelaran Sea Games 2017 ini Indonesia bisa bangkit dan merebut medali emas.

Namun, jika pun gagal, sudah sepantasnya kita berbangga atas pencapaian Evan Dimas dkk sejauh ini, terutama saat perlawanan a la spartan di babak penyisihan grup.

Bermain dengan 10 orang sejak menit ke-64, tim Garuda Muda mampu merebut satu poin dari Vietnam, tim yang dianggap paling atraktif dan menyerang di grub B.

Kita sudah pasti mengincar kemenangan atas Malaysia nanti malam. Namun, jikapun takdir memilih jalan lain dan Indonesia kalah misalnya, kita tetap bangga dan pulang dengan kepala tegak.

Jika memang skenario kedua yang terjadi (Indonesia kalah), hemat saya, kita harus mengingat kembali kalimat Ernest Hemingway yang termasyhur: A man can be destroyed but not defeated

Menjadi yang kalah tidak otomatis menjadikan Timnas Indonesia pecundang. Dan bahwa setiap orang bisa dikalahkan, tapi belum tentu dapat dihancurkan.

Ada kalanya kita belajar lebih banyak dari kekalahan ketimbang kemenangan.
Semoga Indonesia melangkah ke final dan meraih emas demi mengobati penantian panjang jutaan rakyat Indonesia

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now