Steemit Virus from Ayi Jufridar

Periodically Ayi Jufridar travels to Jakarta as an employee of the General Election Commission (KPU). Every time he arrived in Jakarta, I was contacted "first time". Sort of reporting. Thus, I know Ayi's agenda during (or briefly) in Jakarta. After a formal business, we take time to meet: dinner, watching movies, drink coffee, and chit-chat.

At a time before Ramadan in 2017, Ayi reported that he already has a Steemit account. Broadly speaking, by phone, Ayi tells about Steemit. Since how to apply to be a user, what we can do in Steemit media, up to some of the benefits of having a Steemit account - especially financially. At first, what appealed to me was the opportunity to express myself through writing. That's my world!

But it was not easy to become a Steemit user. There are a number of procedures that are so strict and complicated, so that if we mistyped (step), let the opportunity go. Traces of phone and email data are said to only be registered once. It means to change if you want to re-register. Every time Ayi goes to Jakarta, adding to the story of Steemit, the more I drool, but it never works. In fact, I've had time to get password its so long and the combination can not be memorized.

Kef dan Ayi 1.jpg

I was forced to forget it first, because it is scheduled to follow the author's residency in the Netherlands for 2 months. Had tried the application of Steemit in the Land of Windmills¸ more failed again. Finally when my friends in Aceh and Jakarta successfully "entered" Steemit, I obliged myself to make an account accompanied by Ayi. That's what went on this March. The first upload after having a Steemit account, occurred on Friday 23rd of March just before late at night. As destined, this is a momentum because Saturday night will be present in Meet Up Steemit Budaya in Kalibata Jakarta.

Thank you, Ayi Jufridar. Your patience and of course my patience, yielded encouraging results. After I "Knock on the Steemit Door", it will not withstand the wave of virus that is transmitted Ayi. I let it spread throughout the dynamics of the coming days.

Virus Steemit dari Ayi Jufridar

Secara berkala Ayi Jufridar berdinas ke Jakarta selaku pegawai KPU (Komite Pemilihan Umum). Setiap kali tiba di Jakarta, saya yang dihubungi “pertama kali”. Semacam melapor. Dengan demikian, saya tahu agenda Ayi selama (atau sesebentar) di Jakarta. Selepas kesibukannya secara formal, diluangkan waktu untuk kami berjumpa: makan malam, menonton film, mengopi, dan mengobrol.

Pada suatu waktu menjelang Ramadan tahun 2017, Ayi mengabarkan bahwa dia telah memiliki akun Steemit. Secara panjang lebar, melalui telepon, Ayi bercerita mengenai Steemit. Sejak cara melamar untuk menjadi pengguna, apa saja yang dapat kita lakukan di media Steemit, hingga sejumlah keuntungan memiliki akun Steemit – terutama secara finansial. Mula-mula, yang menarik buat saya adalah kesempatan mengekspresikan diri melalui tulisan. Itu dunia saya!

Namun ternyata tidaklah mudah untuk menjadi pengguna Steemit. Ada sejumlah prosedur yang demikian ketat dan rumit, sehingga bila kita salah ketik (langkah), lepaslah kesempatan itu. Jejak mengenai data telepon dan email konon hanya dapat didaftarkan sekali saja. Artinya mesti berubah bila ingin mendaftar ulang. Setiap kali Ayi ke Jakarta, menambah cerita mengenai Steemit, kian tergiur saya, tetapi tak kunjung berhasil. Padahal, saya sudah sempat mendapatkan password-nya yang demikian panjang dan kombinasinya tak mungkin dihafalkan.

Saya terpaksa melupakan dulu, karena dijadwalkan mengikuti residensi penulis di Belanda selama 2 bulan. Sempat mencoba aplikasi Steemit di Negeri Kincir Angin¸ lebih gagal lagi. Akhirnya ketika kawan-kawan di Aceh dan Jakarta banyak berhasil “memasuki” Steemit, saya mewajibkan diri membuat akun didampingi Ayi. Itulah yang kemudian berlangsung di bulan Maret ini. Unggahan pertama setelah memiliki akun Steemit, terjadi pada Jumat 23 Maret menjelang larut malam. Seperti sudah ditakdirkan, ini menjadi momentum karena Sabtu malam akan hadir dalam Meet Up Steemit Budaya di Kalibata Jakarta.

Terima kasih, Ayi Jufridar. Kesabaranmu dan tentu kesabaranku, membuahkan hasil yang menggembirakan. Setelah saya “Mengetuk Pintu Steemit”, maka tak akan menahan gelombang virus yang ditularkan Ayi. Saya biarkan menyebar ke seluruh dinamikan hari-hari mendatang.

Kef, 24 Maret 2018

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now