Sajak Perkenalan

seorang perempuan yang rupanya selalu sendu, meramu sepotong sajak di muka beranda. sore telah pulang, burung telah menuju sarang, dan sisanya adalah sekilas cahaya dari langit barat.

ia lihat dua bebayang di muka rumah, bergegas menuju surau. beberapa kekanak berselimut kain panjang, menenteng kitab di lengan dan niat di hati berangkat mengaji. hari telah menjadi makin senja. matanya juga menyenja, kabur dan lamur di seperempat usia.

perempuan itu tak juga beranjak dari beranda. ia ingat keciap anak ayam belum ke kandang dan beberapa batang anggreknya yang baru ditanam belum disiram. tangannya masih menulisi sepotong sajak. katanya, untuk perkenalan.

sajak berikutnya akan ia tinggalkan sebagai kenangan. barangkali sekali dua akan dibaca oleh seorang lelaki pejalan. ia akan singgah menepi, sambil menunggu kopi di sebuah kedai, atau sambil menulis beberapa catatan.

perempuan sendu itu juga selalu menulis sambil menanti. mungkin juga menanti sambil menulis. ia nanti seorang pejalan yang akan pulang; yang akan menggenapi separuh mimpinya.

/di kampung, 26 Agustus 2017

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now