Ingatan Lalu

Ingatkah kau tentang pantai tempatku memijakkan kaki sekarang?
Dulu, ketika masa lampau kita masih berupa sepasang
Saat masing-masing hati kita saling terpaut bahkan tak ingin lepas
Ingatkah? Kuharap kau masih memiliki daya ingat cukup baik

Kasih, aku di sini sekarang
Mengenang kita ditemani desiran ombak menenangkan
Mengenang kita, kata yang dulu begitu mendamaikan jiwaku
Bukankah kau juga begitu?

Sayangnya, Kasih ...
Aku sendiri kini di sini
Tanpa adanya kau, tanpa wujudmu di sisiku
Hanya bayangmu saja yang masih memenuhi rongga kepalaku

Ah, Kasih ...
Dengarkah kau jeritan hati ini?
Teriakan pedih yang berusaha memanggil namamu yang telah tercatat di rumah Tuhan

Lalu salahkah aku jika masih banyak berharap?
Bahkan berani meminta Tuhan untuk mengembalikan sosokmu untukku
Mungkin aku gila,
Kusadari memang aku telah tak berakal

Kasih ...
Katakan padaku bagaimana kabarmu di sana?
Sebab kau terus saja membisu
Tuhan juga sama sekali tak mengizinkanku tahu kabarmu
Sekejam itukah kau dan Tuhan?

Kasih ...
Meski tak lagi kau peduli pada ragaku
Kuharap kau tahu satu hal saja,
Bahwa rasa ini takkan pernah padam
Meski gelora api asmara menjilatku dengan kerakusan
Meski bunga-bunga dari hati lain berusaha menyemayamkan dalam hatiku
Takkan aku membuka pintu yang telah kututup hanya untukmu

Dengarlah, Kasih ...
Ini rintihanku,
Melirih tanpa butir air mata
Sebab aku, telah begitu tabah menantimu pulang

Di ruang hati yang merindu, 17 Agustus 2018.IMG_20170816_185227_802.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center