Saya adalah perempuan Madura, perempuan yang dibesarkan dalam cinta, perempuan yang disepuh dengan setia, ibu dan saudari-saudari saya adalah kekuatan saya,
Berkumpul dengan keluarga adalah jalan bahagia, bagi saya. Saya bisa menyaksikan lebih dekat senyum keluarga. Dunia lelaki adalah dunia yang asing bagi saya. Saya hanya tahu aktivitas ayah saya selebihnya belum ada lelaki yang mewarnai hati saya dengan cinta.
(Sumber Foto : Sewaktu saya Menikah berkumpul dengan adik-adik)
Setelah menikah, saya punya status baru yakni istri. Suami saya adalah seorang penulis dan saya pun pelan-pelan mengenal dunia seorang penulis.
Saya mengamati suami saya dari jarak dekat. Merasakan getaran yang dirasakan. Saya menemukan kebahagiaan. Saya menemukan kegembiraan.
Sumber Foto : saat suami asyik menulis
Paling tidak menjadi seorang istri, saya menjadi seorang yang lebih mengenal dunia seorang penulis. Kendati sangat sibuk menulis, suami tak pernah mengasingkan keberadaan saya. Saya hidup dalam tulisan-tulisannya.
Suami kerap mengajak saya untuk ikut acara sastra yang akan ia ikuti. Kadang saya mendampingi, menyaksikan sendiri saat suami baca puisi dan menyebut nama saya sebagai istri dalam puisinya.
Tak jarang suami mendapatkan tepukan tangan untuk puisi yang dibacakan, yang dikhususkan pada istrinya yakni saya sendiri. Sayapun kerap sembunyi, menghindar dari berpasang mata yang mencari keberadaan saya, saat suami menunjukkan bahwa saya berada di antara penontonnya saat baca puisi.
Sumber Foto : saat suami baca spesial untuk saya di kampus STKIP Sampang)
Saya tak bisa menyembunyikan kebahagiaan saya namun saya berusaha menahan kebahagiaan itu, lantaran saat itu keberadaan saya menjadi sorotan.
Steemit.com dikenalkan suami kepada saya. Awalnya saya enggan mendengar nama tersebut, terlebih mengintip aktivitas di dalamnya. Suamiku membuatkan saya akun steemit dengan nama @farrohahulfa dengan harapan saya tak hanya jadi penonton.
Pelan-pelan saya merasakan kebahagiaan saat saya bersteemit sebab saya bisa menulis apa saya dan memosting apa saja. Selain memasak untuk suami maka bersteemit adalah aktivitas yang paling membahagiakan hidup saya.
Semalam suami saya bahwa akun steemitnya @mghufroncholid31 sudah tak bisa dibuka lagi, reputasi yang dimiliki (37), saya berduka mendengar kabar tersebut. Berduka bukan karena suami kehilangan dollar dan reputasi yang telah didapat dengan perjuangan. Berduka lantaran suami tak bisa bersteemit lagi.
Saya menunduk lesu, suami menunduk pundak saya, tenanglah saya sudah mendaftar lagi ke steemit akun baru saya @ghufroncholid sekarang dalam masa tunggu untuk mendapat konfirmasi dari steemit tentang keaktivian akun tersebut. Saya kembali ceria.
Tulisan @penasantri berjudul https://steemit.com/promo-steem/@penasantri/surat-buat-levycore seolah menjadi pengobat duka saya dan saya seolah mendapatkan energi untuk terus berproses menghasilkan karya terbaik.
Saya sadar kebahagiaan mesti dijemput, kebahagiaan mesti diterjemahkan dalam langkah nyata. Steemit adalah ruang yang menarik perhatian saya dan saya merasa bahagia jadi bagian dari steemian Indonesia dan steemian dunia.
Saya melihat steem ambassador selalu memiliki waktu untuk terus membawa steemian ke jalan riang bersteemit. Saya mengerti tugas steem ambassador sangat berat namun mereka menjalani dengan riang.
Steemian Indonesia mesti ikut bahagia karena telah memiliki steem ambassador Indonesia dan selalu mengamati perkembangan steemian. Memberikan penghargaan pada steemian yang layak dengan kerja kreatif yang dilakukan.
Memang steem ambassador adalah manusia. Sebagai manusia tak luput dari salah dan lupa namun saya mengamati aktivitas steem ambassador mereka punya pedoman yang jelas dan bergerak dengan sangat profesional, promo-steem yang mereka lakukan penuh daya pikat.
Pengetahuan yang mendalam tentang steemit membuat mereka mampu meyakinkan dengan tindakan bukan pepesan kosong. Salah satunya @ayijufridar seorang steemian yang bisa menghadirkan steemit pada orang di luar steemit dengan pemahaman yang mendetail dan memikat sehingga yang diwacanakan mudah diterima.
Junglorong, 27 April 2018
Farrohah Ulfa||@farrohahulfa
