Menuju Tanah Rantau [Anak si Perantau #4]

73429073-special-magic-spell-pot-with-broom-trick-symbol-magician-and-surprise-entertainment-fantasy-carnival.jpg

Bak sunglap, begitulah ketika tuhan berkata "kun" maka tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Tangan si Ligat tak meninggalkan bekas apapun pada keesokan harinya. Entah rajah apa yang terkulum dalam komat-kamit mulut sang nenek.

Selesai acara. si Ligat, ayah serta ibunya kembali ke kampung ibunya. Membawa pulang buah tangan kenangan yang luar biasa. Keesokan harinya dia kembali pada rutinitas kebanyakan manusia, seakan sekolah adalah kebutuhan paling fatal bagi setiap insan. Musim pembagian rapor tiba, ternyata dia mendapat rangking 3, senang bukan main si Ligat, karena janji ayahnya membelikan hadiah jika dapat juara, malam tiba, kado yang telah terbungkus, terbalut rapi berbentuk petak, di letkakan ayah di samping tempat tidurnya. Pagi-pagi dia dikejutkan dan memanggil ibunya, lalu dibukanya kado. Kado itu bertuliskan "selamat neuk, terus jadi anak pintar kesayangan ayah." Mukanya berkerut dan seakan tak ceria melihat isinya. Hanya sajadah kecil untuk anak kecil serta peci dan juga kain sarung, dia mengadu pada ibunya, "Bu, coba ibu lihat. Tak ada mainan yang belikan ayah." Sang ibu yang membungkus kado pasti tahu alasannya, harap si Ligat ibunya akan mengadukan pada ayahnya, supaya di belikan mainan. "Coba buka dulu sajadahnya, lihat warnanya bagus tidak," ibunya mencoba membuatnya suka. Kaget, senang, girang, sambil memeluk ibunya. Ternyata mainan robot kesukaannya tersembunyi rapi dalam lipatan sajadah.

Masa tenang sehabis bagi raporpun cuma sebentar, dia harus menenteng ransel dan berseragam kembali. Kelas 2 bersama teman yang naik kelas, sedang yang tak naik kelas berapor nilai dengan warna merah, duduk bersama anak-anak baru.

Baru sebulan dia dikelas dua, tetiba ayahnya meminta izin kepada kepala sekolah, tempat si Ligat belajar. Untuk dibuatkan surat pindah. Dia dan ibunya akan pindah ke tempat ayahnya bertugas. Meninggalkan nenek yang sedikit cerewet tapi sangat sayang sama Ligat, juga pakneknya yang selalu memboncengnya ketika pasar pekan seminggu sekali tiba, hanya untuk membelikan kuweh pancong dan jagong bertoh, meskipunsuara letusan jagung itu membuat Ligat menutup kuping, karena takut. Juga harus jauh dari kakak dan adik ibunya yang selalu menjadi teman bermain si Ligat.

Csa3DeaUkAASK7c.jpg

Mobil gerobak besar, berwarna kuning, dipenuhi dengan perlengkapan rumah dari lemari hingga guci, yang berangkat lebih dulu. Sedangkan, Ligat, adiknya Meugat yang berusia 5 tahun kala itu dan ibunya berboncengan, menyusul setelah bersalam dan berpamitan pada seluruh keluarga yang pernah memenuhi hari-hari si Ligat. Mobil gerobak tidak hanya mengangkut barang-barang perlengkapan rumah, namun juga mengangkut kenangan yang terbawa dalam benda. Tapi tdak dengan kenangan dalam alam rasa, sedih, tawa, canda, telah tinggal di sini dan terangkut dalam ingatan si Ligat.

Rumah berwarna kuning, dalam pekarangan sekolah menjadi tempat tinggal si Ligat sekarang, kepindahannya karena ayahnya sekarang telah di angkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) di sekolah yang selama ini merampas kebersamaan Ligat dan ayahnya. Tak sama seperti rumah neneknya, tempat iya tumbuh besar, bertangga dan beratap rumbia. Rumah ini terletak rata dengan tanah. Desa Meunra nama desa itu, desa yang bertanah coklat tak berpasir seperti tempat Ligat belajar menuliskan angka-angka dan belajar merangkak dan berjalan diatasnya. Sangat jauh berbeda, namun Ligat senang karena dia sekarang bisa bersama menghabiskan hari-hari bersama Ayahnya.

Rumah sekarang telah rapi, ruang-ruang tertata dengan benda-benda peralatan rumah tangga, ada yang baru dan banyak yang lama. Setelah beres-beres rumah selesai, Ligat pun bersekolah di tempat ayahnya mengajar. Dia tahu ayahnya guru, tapi dia tak pernah melihat ayahnya memakai seragam kebesarannya itu, pagi itu dia melihat ayahnya dengan rasa bangga yang berdecak, bertambah semangat dia bersekolah.

property-house-homes-new_houses-first_time_buyer-family_home-rbon722_low.jpg

Seolah baru, kelas baru, meja baru dan guru baru, hanya seragam lama bersama pelajaran lama yang menjadi pedoman dia ketika belajar.

Berlanjut...

Jika anda suka membaca cerita, dapatkan inti dan pelajaran dari kisah si Ligat. Agar terhubung dan nyambung, baca juga | Anak si Perantau: Edisi [1], [2], [3]

Terus Ikuti Saya Dalam Steempress [Anak si Perantau]

Note: Gambar adalah Ilustrasi.
Sumber Gambar: [Gambar 1] / [Gambar 2] / [Gambar 3]

 


Posted from my blog with SteemPress : http://jubagarang.epizy.com/wp/2018/08/04/menuju-tanah-rantau-anak-si-perantau-4/

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now