Workshop Guru Program Presisi Tahun 2022 / D-1

img_0.4723596785267342 Banner virtual program Presisi

Hari ini Workshop Guru program Penguatan Karakter Siswa Mandiri Melalui Kreasi Seni (PRESISI) Tahun 2022 telah resmi dimulai. Pagi tadi, tepatnya pukul 8.00 WIB tanggal 6 Juni 2022 program ini, upacara pembukaan dilangsungkan via zoom online. Media rapat virtual yang selama pandemi mendulang unduhan tak terhingga karena dipakai oleh banyak pengguna. Rencananya ini program akan dibuka langsung oleh Direktur Jenderal Ketahanan Budaya-nya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ada 50 sekolah dari 10 kabupaten/kota yang ada di Indonesia yang akan berpartisipasi dalam program ini. Untuk Aceh, lima sekolah terpilih itu antara lain SMAN 6 Banda Aceh, SMPN 12 Banda Aceh, SMP 3 Banda Aceh, SMAS Methodist, dan SMP Budi Dharma. Tiga sekolah pertama merupakan sekolah pendalaman yang juga ikut serta pada tahun sebelumnya. Dua sekolah terakhir, merupakan sekolah perluasan yang baru tahun ini mengikuti program ini. Untuk sekolah pendalaman masing-masing sekolah mengirimkan tiga orang guru untuk Workshop Guru. Sementara sekolah perluasan ada sepuluh guru yang akan belajar baik secara mandiri dan di fasilitasi oleh kami sebagai fasilitator.

Meskipun sudah memiliki pengalaman memfasilitasi para guru dalam workshop pada tahun lalu, rasa nervous dan agak sedikit tegang tidak terhindarkan. Semalaman tidurku kurang pulas, mata terpejam tapi tak jua masuk ke alam tidur. Sampai hampir menjelang subuh, aku sempat terlelap beberapa saat sebelum kembali terbangun pada pukul 6.30 pagi. Warkop terdekat kujabani untuk segelas kopi dan sepotong tahu isi. Kopi bikin mata lumayan melek, dan tahu yang sepotong cukup untuk nenangin cacing perut biar gak berisik. Sembari menghabiskan itu kopi, ku refresh lagi modul dan handout untuk kegiatan workshop ini. Mau gak mau, siap gak siap show must go on! So let's rock Beibeehhh....

img_0.16694914943814612Tampilan Handout PPT Modul 1

Setelah pleno pembukaan acara, kami diarahkan untuk memasuki main room per kabupaten/kota. Disini, Fasilitator Miswar Ibrahim Njong memberikan materi di modul 1 tentang tentang Pandangan Filosofis Ki Hajar Dewantara dan Driyarkara tentang pendidikan. Alhamdulillah tahun ini kami sangat terbantu dengan pemahaman terdahulu dan refreshment yang kami lakukan untuk menyampaikan materi. Kalau tahun lalu workshop guru tidak berjalan maksimal karena masih awamnya kami dengan program Presisi ini, tahun ini secara umum hari pertama ini semua berjalan lancar. Setidaknya begitulah pendapat dari supervisor yang mendampingi kami dalam program ini dari tahun lalu, Mba Anyi Karina dan Mas Hasroel.

img_0.16479688769553907Tampilan Handout PPT Modul 1

Suasana cair di main room, dimana seluruh sekolah di Aceh berkumpul terbawa hingga break out yang di bagi dua berdasarkan sekolah perluasan. Break Out Room (BOR-1), diisi oleh SMA METHODIST dan SMA 6 Banda Aceh. Di BOR ini dua fasilitator yang bertugas adalah Miswar dan Dana. Dua tokoh muda keren di bidangnya masing-masing. BOR-2 ada saya dan Vena Besta Klaudina, sineas muda Aceh yang karyanya sudah mendapatkan pengakuan berskala nasional. Sekolah yang kami fasilitasi adalah SMP Budi Dharma, SMPN 12, dan SMA 3 Banda Aceh.

Diskusi di BOR kami sangat terbantu oleh seorang guru yang sebelumnya ikut dalam program ini. Pak Ajhar Khomeini, guru dari SMPN 12 menjadi inspirasi bagi kami semua ketika beliau menceritakan bagaimana dia merasakan manfaat dari program Presisi ini. Secara panjang lebar beliau menyampaikan kesan yang mendalam tentang pemahaman pokok pikiran dua tokoh nasional yang dijadikan landasan utama program Presisi ini dijalankan. Diskusi tentang pertanyaan pemantik di LMS pun berjalan seru ketika guru-guru dari semua sekolah bergantian menyampaikan pendapat mereka. Suatu hal yang tidak terjadi dengan mulus pada tahun lalu.

img_0.9978216071451617 Berfoto bersama para guru setelah Break Out Room

Sesi terakhir hari ini, di Main Room, pasca aktivitas di BOR dan break Ishoma serta belajar mandiri yang dilakukan guru-guru dengan mengerjakan tugas LMS juga berjalan lancar dan menyenangkan. Guru-guru memberikan pendapat mereka per sekolah atas pertanyaan krusial tentang relevansi pemikiran dua tokoh tersebut dengan situasi pendidikan kita hari ini. Sampai sejauh ini kita semua masih sepakat bahwasanya pandangan Ki Hajar dan Driyarkara ini masih kurang relevan dalam penerapan di lapangan. Guru-guru masih terstigma dengan pola mengejar ketuntasan dari Kompetensi Dasar yang harus terpenuhi di tiap semester proses pembelajaran berlangsung.

Bagaimana cara menerapkan pemahaman Pendidikan kontekstual yang memerdekakan siswa dalam belajar kedalam kurikulum yang berlaku juga masih menjadi soalan tersendiri yang harus dipecahkan. Untuk itu, hari-hari kedepannya workshop ini berjalan, akan sangat penting pemahaman pendalaman materi dari semua modul yang diharapkan dapat memberikan semangat baru bagi para guru untuk mengajar, agar siswa dapat merasakan nikmatnya proses pendidikan yang berorientasi keberpihakan kepada mereka hingga tujuan utama dari pendidikan menurut dua tokoh nasional ini bisa berjalan dengan sebaik-baiknya.

img_0.5428067624933376

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
5 Comments