Kebijakan Student Loan Petaka Menjadikan Mahasiswa Nasabah

image
Baru baru Indonesia di hebohkan dengan rencana pemerintah menerapkan student Loan di Indonesia, student ini seperti sebuah pinjaman dari pemerintah untuk membayar pendidikan masyarakatnya, nah berarti juga selama kuliah masyarakatnya menikmati secara gratis akan tetapi setelah lulus, masyarakat di wajibkan membayar seluruh uang kuliahnya secara berkala ( terlepas dari masyarakatnya mempunyai pekerjaan atau tidak ).

Rencana ini dilakukan karena keinginan pemerintah untuk meniru kebijakan Amerika Serikat, akan tetapi pemerintah sepertinya tidak tau atau pura-pura tidak tau tentang utang uang sekolah yang telah menjadi utang konsumen yang tertinggi setelah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Negara sekelas Amerika Serikat, sehingga pantas untuk di jadikan masalah yang serius karena semakin lama maka akan semakin buruk, jumlah sekitar $1,3 triliun. (Sumber : New York federal reserve : statistik on US Student Loan 2016)

Dari sebuah sumber mengatakan, jika ingin bebas dari kredit ini, setiap mahasiswa di AS harus membayar sebesar 24,300 dollar AS ( Sekitar RP 218 Juta ).

Sebanyak 22,4 juta rumah tangga di AS, atau sekitar 19% punya utang di Universitas. Itu naik dua kali lipat di banding tahun 1989, dan naik 15% di banding tahun 2007 ( sebelum krisis ) *Pew Research Center. Rumah tangga di paksa menggunakan sebagian besar pendapatan mereka untuk membayar pinjaman pendidikan tersebut.

Well stemian, masalahnya, peminjaman mahasiswa terus naik. Pemicunya bukanlah pengeluaran mereka selama kuliah. Namun, dalam banyak kasus, penyebab meroketnya untung mahasiswa ialah biaya pendidikan yang juga meroket.

Jadi, di satu sisi, mahasiswa di paksa berhutang, tapi pada sisi lain, biaya pendaftaran dan biaya kuliah terus di genjot sesuai hukum pasar.

Bagaimana kalau kebijakan itu di terapkan di Indonesia ?, Higher Education Leadership and Management (HELM) pernah membuat survei mengenai sumber pendapatan mahasiswa Indonesia, yaitu 88.16 % pembiayaan mahasiswa berasal dari orang tua/keluarga. 4.6 % hanya bergantung pada beasiswa.

Disitu juga disebutkan ketika orang tua mahasiswa dikenai tagihan pembayaran, sebagian besar mereka meminjam : saudara 32%, bank 28%, dan pegadaian 13%. Jadi sekarang saja rata-rata orang tua sudah berhutang demi memenuhi tagihan pendidikan anaknya. ( Akuilah pendidikan tinggi itu mahal dan tidak semua orang dapat mengaksesnya ).

Artinya kalau student Loan di praktekan, korban pertamanya adalah rumah tangga miskin dan kelas menengah. Karena dari narasi sebelumnya mengenai "pendidikan ekslusif yang mahal", pendidikan tinggi saat dan kedepannya hanya akan memikirkan bagaimana cara mendapatkan profit sebanyak-banyaknya. Dan satu-satunya cara untuk memperoleh pendidikan tinggi adalah hanya dengan UANG UANG SAMBIL NGEHUTANG.

Yang hanya akan memaksa orang-orang kecil bekerja terus menerus hanya untuk membayar hutangnya, Seumur hidup.

Muhammad Arief

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now