Mengenang Mimbar Penyair Abad 21

a1.jpg

Perjalanan dalam dunia kepenyairan selalu memiliki lika-liku yang menjadikan penyairnya semakin tahu dan mengerti bahwa dunia penulisan puisi terus berkembang sesuai zamannya. Kekuatan intusi, daya fikir, pengalaman bathin, serta pengalaman perjalanan merupakan motor penggerak munculnya kreatifitas-kreatifitas baharu pada penyair tersebut, yang pada akhirnya terus mengeluarkan karya-karya terbaru sampai saat ini.

Ini yang terjadi pada Mimbar Penyair Abad 21 di tahun 1996 yang menghadirkan seluruh penyair dari Indonesia dengan pilihan yang beraneka ragam genre penulisan puisi. Di tahun 1996 para penyair memetakan diri mereka masing-masing atas apa yang melibatkannya dalam dunia kepenyairan.

Berbagai literasi, ketokohan dalam dunia susastra Indonesia, ragam karya terlampir dalam berbagai antologi pada mimbar Penyair Abad 21 menjelma kekuatan baharu susastra Indonesia kala itu, meski dalam perjalananya banyak yang pro dan kontra. Namun berkumpul menjadi tujuan utama, kita penyair Indonesia saat itu berada dalam satu bingkai kebersamaan yang tak mudah untuk dilupakan sepanjang usia.

Peserta Penyair Abad 21 memang terpilih dari berbagai provinsi oleh Kurator saat itu, yang di harapkan mampu memberi warna baru pada perpuisian Indonesia. Sekaligus menjadi tolok ukur ke depannya, mampukah para penyair yang menjadi peserta mimbar ini terus eksis di bidangnya, atau para penyair ini mengubah profesinya dalam bentuk yang berbeda lantaran himpitan hidup, atau melupakan sama sekali dunia kepenyairan dan menggantikannya dengan profesi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan seni.

Dari Mimbar Penyair ini, bermunculan para tokoh-tokoh baharu puisi Indonesia yang hingga kini memegang peranan penting atas perpuisian di berbagai provinsi di Indonesia. Eksistensi dan dedikasi alumni Penyair Abad 21 cukup besar bagi susastra Indonesia, mereka melahirkan karya-karaya yang bagus dan di terima publiknya masing-masing sekaligus menjadi tokoh panutan meski di kelompoknya sendiri.

Mimbar Penyair Abad 21 sudah berusia 22 tahun, sejak di cetuskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta. maka perlu adanya inisiasi untuk membuat mimbar-mimbar penyair lain, apapun bentuknya, yang tujuannya memunculkan para tokoh penting sastra puisi Indonesia yang baru, sehingga para generasi puisi Indonesia tetap memiliki tokoh-tokoh inti dalam perpuisian kita, paling tidak para pemula bisa terus belajar dari berbagai pengalaman yang di dapatkan para penyair pendahulunya.

Bahasa puisi itu indah dan memberikan berbagai ungkapan yang selalu kita alami selama hidup, dia ditulis dengan ketenangan dan penuh pertaruhan antara batin dan fikiran. Kepintaran mengolah kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi sebuah pemahaman sebuah peristiwa bukanlah persoalan yang sepele. Maka teruslah berkaraya, teruslah beride dan teruslah menulis apa yang kamu dan kamu rasakan, jika kamu, kamu dan kamu terus berkarya maka akan banyak pula yang akan menjadi generasi yang menirumu meski dalam diam dan dalam kelindapan malam. Puisi itu adalah kita, kita yang hidup dan merasakan kehidupan, puisi adalah rasa, rasa yang indah walau terasa perih, dan puisi adalah sejarah, dan kita penulisnya lalu anak cucu membacanya, memahaminya kemudian mereka meneruskannya dalam bentuk-bentuk kreatif yang cocok dalam kehidupan mereka.

Rahmad Sanjaya

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center