Dear Steemias...
"Bunga mawar yang kau berikan, kini telah kembang dan mengakar pada ladang hatiku hingga ke halaman yang masih belum selesai bertunas.
Maka jangan kau iris dengan kenangan ini semisal dengan kenangan yang lain, karena aku masih ingin menanaminya dengan sejarah."
Sayang ku !!
Biarkan begitu, biarkan rambutmu semerbak kasturi yang tumbuh liar di padang malam mataku.
Biarkan rindu kita menjelma menjadi mutiara, seperti halnya laut yang masih setia melenturka layar para nelayan.
Dari gemuruh gempita nyanyian ombak yang di dendangkan unggun menuju mercusuar, melangkah gontai pasi namun akhirnya akan sampai ke tepi.
Malam ini aku ingin bernyanyi, yang entah kau sukai ataupun tidak sebagaimana aku tak paham dengan apa yang membuat matamu alis matamu begitu lentik.
Yang jika malam meniupakan gemintang menyangkar di kembara suci, serupa kunang-kunang yang menanti penghinggapan di batang pohon.
Apakah kita harus lalui kebali perjejakan yang tertinggal, semisal kenangan kenangan yang terasa lelah di susuri peristiwa dan seterusnya.
"The roses that you give, now have flower and roots in my heart field to the unfinished yard.
So do not you slice with these memories like other memories, because I still want to plant them with history."
My dear !!
Let it be so, let your hair grow wild in the field of my eyes.
Let our longing be transformed into pearls, just as the loyal seas moss the screens of fishermen.
From the thunderous joy of singing waves to the lighthouse to the lighthouse, stepped naked but eventually to the edge.
Tonight I want to sing, whether you like it or not as I do not understand what makes your eyebrows so intent.
Which if the night becomes a star in the sacred bush, similar to fireflies waiting for the enclosure in the trunk of a tree.
Do we have to go through the remnants left behind, such as memories memories that feel tired in the event and so on.