Gemuruh Sesak Meluruh

Satu
Rindu beradu
Insan mencumbu temu
Sepasang meramu bait lagu

DuaIMG_20170813_130359.jpg
Beradu suka
Menyesap bahagia
Melantunkan syair berbalut asa

Tiga
Lekat memaksa
Asmara membakar rasa
Menenun puisi dalam jiwa

Empat
Tak bersekat
Tanpa pahit pekat
Tak payah jarak dilipat

Lima
Kembali berbunga
Tak tahu masa
Tak peduli hati dijaga

Enam
Malam kelam
Selimuti diri muram
Bayang semu kian merajam

Tujuh
Diri berpeluh
Menahan hati rapuh
Menahan gemuruh sesak meluruh

Delapan
Pupus impian
Hancur tiap harapan
Bak jingga ditelan kegelapan

Sembilan
Tak tertahan
Belati menusuk perlahan
Menyiksa batin kian tertekan

Sepuluh
Telah luluh
Inilah rasa jatuh
Begitu angkuh, begitu membunuh

Siapa yang patut disalahkan jika sepasang yang awalnya terikat kini tercerai berai?
Salah satu pihakkah? Mungkin
Tuhankah? Bisa jadi
Takdirkah? Entahlah

Lalu jika memang telah dipisahkan, patutkah marah pada-Nya?
Ah terus saja salahkan siapa atau apa

Sudahlah, tak perlu lagi merajuk
Yang terjadi telah digariskan
Telah dipersiapkan sesuatu yang lebih indah

Bukalah mata, biar sesak yang mendesak lesaplah sudah
Hirup sumber bahagia, entah sendiri entah dengan siapa

Sakit hanya sekejap
Tanpa perlu kau biarkan meresap

Usai sudah pedihmu
Selesai sudah dukamu
Peluklah kesukaan; cumbui ia

Kudus, 18 Agustus 2018.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center