[Puisi] Menanam Hujan

image

Di suatu pagi yang mungkin saja 'tlah rapuh, kau menulis gugur matahari di kepala, dengan serangkaian embun merambat pada pucuk daun mata, lembab musim wajahmu membacakan sajak-sajak gerimis, dalam harap batin : pelangi tumbuh di sisa waktu pelantun usia.

Mungkin murung langit terlampau dingin, ketika kaudapati lebam biru pada segumpal napas hidup, dan embus udara enggan bersahabat dengan polah rayumu, puan. Tapi, hujan adalah lagu kemenangan bagi patah tak ujung, seumpama kesedihan kekal di tanah tempatmu menjatuhkan serintik tubuh basah dipayung mendung.

Matahari telah padam sedari pagi tadi, puan. Halnya senyumanmu menahan lidah asin dari lirik matamu yang laut, mencuri serangkaian suara-suara hujan, dan kautanam basah di pekarangan ayu ingatan, lalu tak pernah kauanggap kusam.

Sampai senja menuju pelabuhan di kepala, sajak tak kenal lelah menziarahi jasad namamu, pada batu-batu, daun-daun, bahkan aliran sungai menganak-ibu, menujumu bagai ritus hujan, dalam pasrah tunduk doa-doa perempuanmu.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now