Perdebatan Capres Semakin Sadis

Debat siapa yang layak memimpin Indonesia semakin panas di warkop dan lingkungan. Para pendukung capres sudah semakin berani dan emosi. Saya cukup diam dan merokok ketika terjadi perdebatan sambil sedikit menahan tawa.

Mau tidak mau masalah capres akan jadi bahan pembicaraan sesama teman dan tetangga. Jika tidak bisa membatasi koridor mana yang boleh diungkap dan mana yang gak boleh ketika ngobrol dengan tetangga akan merusak hubungan baik. Hal ini tentu harus kita hindari agar pengalaman masa lalu tak terulang lagi seperti di tahun 2019.

Dengan cara santai atau tak usang menanggapi akan membuat hubungan pertemanan lebih adem walaupun mungkin beda pilihan. Toh apa sih yang kita dapat?

Melihat timeline di twitter atau X umpatan dan makian menjadi tending topik.

Silahan lihat di trending X. Dan salah satu komentar dengan mengatakan tidak diajarin etik sama bapaknya... gak usah bawa-bawa bapaklah...

Itulah kita. Ketika orang yang gak sepaham bersikap tidak sesuai dengan keingingan mereka kemudian dikatain dengan kata-kata kasar dan umpatan. Mungkin setelah mengumpat bahagia.

Mari berpikir dengan tenang.. toh rakyat akan memilih siapa yang pantas. Toh rakyat juga sudah tahu dan bisa membedakan mana yang kelasnya sebagai anggota dewan, sebagai profesor, sebagai anak pejabat dan sebagai pemimpin. Dengan ungkapan kasar tak akan mengubah dukungan orang kepada capres, justru akan menimbilkan perlawanan. Inilah yang menyebabkan perpecahan didalam masyarakat kelas bawah, sementra para politis enak dapat gaji.

Oleh karena itu biasa-biasa sajalah dalam menyikapi sikap para capres dan cawapres maka kita akan santai dan bisa tetap berhubungan baik dengan lingkungan dan teman-teman kita.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now