Jakarta Oh Jakarta

Sudah lebih dari 3 bulan ini saya berpindah mengikuti suami dari Jawa ke Ibukota. Awalnya, sungguh tidak terbersit untuk tinggal di Jakarta yang biasanya saya hanya lihat di berita-berita di TV, dimana yang saya tahu hanya macet,banjir,kriminalitas,pemukiman padat penduduk, dan lainnya. Iya itulah yang selalu ada di pemberitaan di TV. Sampai akhirnya Tuhan memberi kesempatan pada saya untuk merasakan hiruk pikuknya Ibukota.

Adaptasi . Layaknya orang pada umumnya ketika harus meninggalkan zona nyamannya pasti lah cukup berat dan perlu sedikit effort untuk kembali membangun zona nyamannya di tempat yang baru, tak terkecuali saya. Panas, gerah alias sumuk, macet dimana-mana, keluar rumah cuma mau ke pasar yang itungannya dekatpun berasa amat jauh karena antrean panjang kendaraan yang mengular apalagi dijam pergi dan pulang kantor. Oh gini toh macetnya yang kaya di TV itu, apakah mereka tidak jenuh berada di dalam mobil selama berjam-jam bergelut dengan kemacetan? Ah mungkin sudah biasa.

Setelah beberapa minggu saya rasa sudah cukup bisa untuk bertahan di lingkungan baru saya, malah senang ketika bepergian memanfaatkan fasilitas umum yang ada di Ibukota, Busway dan KRL .

Next saya akan ulas sedikit pengalaman saya mengenai transportasi publik primadonanya masyarakat Ibukota

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now