Ternyata sebutan "Pidie Kriet (Pelit) masih tertanam dibenak orang kabupate lain yang berada di Aceh. Padahal sebutan itu hanyalah sebuah kesalahpahaman bagi masyarakat dahulu terhadap kabupaten Pidie.
Di era yang semakin moderen ini. Saya pun terkejut, jika ditanya berasal dari mama ?
Pidie kata saya, wah pidie terkenal pelitnya. Sikap demikian bisa saja dimasukkan kedalam pencemaran nama baik kabupaten Pidie.
Namun bukan ini yang perlu kita bahas atau mencari kesalahan dari orang, yang perlu orang Pidie lakukan hanyalah memberi pemahaman bahwa sebutan itu sangatlah keliru disematkan ke kabupaten Pidie.
Pidie Kriet (Pelit)
Saya mulai menelusuri dan mencari tau kenapa sebutan ini sangat melekat untuk kabupaten Pidie, kebetulan di daerah sekitaran kampung saya terdapat seorang kakek dengan panggilannya "GEUSYIK RAMAN" yang mengerti banyak tentang proses terbentuknya kabupaten Pidie, bahkan dia hafal untuk sebutan raja-raja terdahulu, proses terjadinya perang dari zaman Belanda sampai zaman moderen sekarang ini, dia juga sangat mengerti budaya, adat dan Agama.
Katanya. Pada zaman dahulu, kabupaten Pidie mayoritas masyarakatnya sangat memuliakan para tamu, sehingga jika para tamu datang berkunjung ke tempat saudaranya di Pidie, maka masyarakat pidie akan melayaninya dengan sangat dimuliakan, seperti makan dan minum dispesialkan, bila tidak ada uang mereka rela berhutang kesana-sini hanya untuk melayani tamunya.
Maka pada waktu itu, ditanya oleh seorang yang berasal dari kabupaten lain. Bagaimana cara masyarakat Pidie melayaninya tamunya ?
Dengan Spontan orang itu menjawab "makan dan minum kami kira/hitung".
Ternyata pernyataan ini menimbulkan 2 (dua) Penafsira, ang tidak tuntas ditanyakan apa maksud dari arti "Kira/hitung" ini.
Benar-benar pelit, sampai makan dan minum pun dikira/hitung bagi para tamu yang datang kerumah.
Benar-benar mulia, sampai makan dan minum enak pun disediakan, walau tidak ada uang hutang pun jadi, demi memulihkan tamu yang datang ke rumahnya
Urutan nomor dua inilah yang dimaksudkan oleh orang pidie, sedangkan orang kabupaten lain menafsirkan seperti nomor satu.
Mereka salah dalam menafsirkan makna dari kata-kata yang diungkapkan oleh orang Pidie. Kesalahpahaman tersebut dikarenakan mereka tidak bertanya maksud dari arti ungkapan masyarakat Pidie tersebut.
Kesalahan orang kita Pidie pun tidak berusaha menjelaskan arti yang sebenarnya, walau mungkin orang kita Pidie tidak tau kabupaten lain akan mengartikan makna yang salah terhadap maksud "makan dan minum dikira/hitung".
Sehingga pemahaman orang kabupaten lain secara turun menurun, dari generasi ke generasi masih tertanam dihati anak cucu mereka bahwa Pidie terkenal dengan sebutan "Pidie Kriet".
Jika boleh sedikit jumawa, coba cari tau, apakah benar orang Kabupaten Pidie mampu bertahan hidup di kabupaten lain, bahkan orang Pidie mampu sukses jika mereka berasa di mana pun, baik itu berdagang, bisnis atau lain-lainya.
Maka tidak hera, jika orang Pidie juga punya sebutan lain, yaitu "Cina nomor dua" di Aceh. Sebutan ini jelas melekat diorang Pidie, karena orang Pidie mampu sukses berdagang dimana pun mereka berada. Diakui atau tidak inilah fakta yang sebenarnya terjadi.
Tulisan ini saya buat, bukan bermaksud untuk mengujar kebencian terhadap kabupaten lain dan bukan pula untuk memperkeruh suasana, hanya saja saya dan kami orang Pidie pingin menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi, terhadap kekeliruan dalam memahami arti dari sebutan "PIDIE KRIET", semoga ini menjadi referensi kepada kawan-kawan Kabupaten lain.
Mari memperkuat silaturahmi dengan siapa pun, jika ada kesalahpahaman mari kita luruskan bersama, jika ingin berdiskusi mari berdiskusi secara sehat di kolom komentar, tanpa mengedepankan ego masing-masing.
Insyaallah akan saya tuliskan cerita lain untuk sebutan Kabupaten Pidie, pada kesempatan lain, mari membaca supaya lebih banyak tau.
BERSAMBUNG. . . !!!!!!!!!!!!!
