Kupitalisme #3: Manifesto Cinta Ibrahim

Idul Adha adalah simbol cinta ayah kepada anak, cinta anak kepada ayah, dan di atas segalanya cinta keduanya kepada Sang Maha Cinta, Allah.

IMG_20170831_170435.jpg

Kehadiran Ismail adalah anugerah yang ditunggu-tunggu seorang suami. Ayeum mata ayah, dan boh hate Poma kata keluarga di Aceh usai anak hadir di dunia, apalagi anak tunggal, dan lelaki pula. Jadi, tidak ada alasan bagi Ibrahim untuk membenci anaknya.

Rasa-rasanya, jikapun Ismail melakukan kesalahan tidak mungkin sampai Ibrahim rela menghukum anaknya, apalagi dengan meminta kesediaan Ismail untuk disembelih.

Cinta seorang ayah pastilah mengalahkan murkanya kepada anak.

Sebaliknya, jika pun Ismail merasa ada satu kesalahan, pastilah ia akan segera meminta maaf kepada ayahnya, jikapun tidak berani pastilah ia akan berlari kepada ibunda agar mencegah murka ayahnya.

Siti Hajar sudah pasti tidak akan tinggal diam. Dengan lembut ia akan mengingatkan memori saat mereka bertiga memilih pergi demi menjaga perasaan Siti Sarah. Siti Hajar juga akan berkisah kembali saat ditinggal bersama Ismail oleh Ibrahim di Mekkah, daerah tanpa air. Ia akan mengingatkan Ibrahim bagaimana ia berlari-lari dari satu bukit (shafa) ke bukit lainnya (marwa) demi mendapatkan air untuk Ismail, sampai kemudian rahmat Allah datang berupa air zamzam.

Sudah pasti kisah ini akan menghentikan kemarahan Ibrahim, jika ada. Tapi, memang bukan karena alasan marah, bukan pula karena alasan ada kesalahan, alasan utamanya adalah semata karena patuh kepada perintah Allah. Begitu juga anaknya, Ismail sangat rela dan siap serta ikhlas bila itu perintah dari Allah.

Sang ayah dan anak sadar sepenuhnya bahwa di atas cinta mereka ada cinta yang lebih agung, yang dengan cinta itulah mereka ada, dan kehidupan berjalan, dan sebaik-baik kehidupan adalah yang berjalan di atas ridha Allah.

Manifesto Cinta Ibrahim, itulah yang kemudian menjadi kiblat perjalanan spiritual manusia di muka bumi. Nabi Ibrahim adalah bapak para nabi yang membawa agama monoteis. Bapak cinta kasih, kasih sayang, yang meletakkan cinta manusia di jalan cinta kepada Allah, dan menempatkan cinta ilahi sebagai cahaya yang membebaskan manusia dari cengkraman sifat-sifat kebinatangan.

Sifat kebinatangan inilah yang telah mengendalikan manusia menjadi jauh dari Allah sekaligus menjadi perusak kehidupan di muka bumi. Lahirnya kekuasaan yang menindas, korup dan merusak sepenuhnya disebabkan karena terlepasnya cinta ilahi pada diri manusia pemegang kekuasaan. Dengan alat penindas dan pemaksa yang dimiliki, rakyatnya dibuat tunduk dan cinta kepada dirinya, padahal itu semua semata karena ia ingin terus berkuasa agar mendapatkan segenap puja dan puji.

Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail berserta keturunan mereka telah menjadi penjaga jalan cinta yang sebenarnya. Berkali-kali misi kenabian hadir untuk mengembalikan cinta sejati. Melalui Hari Raya Kurban, umat Islam diingatkan kepada manifesto cinta Ibrahim agar umat Islam bisa terus memimpin kerja pembebasan dari sifat kebinatangan yang ada pada diri sendiri. Inilah jalan mewujudkan rahmatan lil 'alamin. []

IMG_20170830_133934.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center