Kupitalisme #2: Menyingkap Pesan Ilahi pada Ibadah Qurban

Peristiwa Qurban adalah cermin sejarah bagaimana semestinya bertuhan agar lurus dalam menjalani hidup bersama di dunia.


Ilustrasi

Kepercayaan kepada Tuhan seharusnya total, tidak boleh ada sekutu atau tandingan. Ibrahim sebagai ayah tentu sangat mencintai anaknya, dan sebaliknya. Tapi, keduanya jauh lebih mencintai Tuhannya.

Peristiwa qurban yang berujung penyembelihan binatang juga cermin sejarah yang secara sufistik dimaknai pentingnya "menyembelih" sifat-sifat kebinatangan yang menguasai diri manusia.

Sebelumnya, pada kisah Nabi Khaidir yang menyembelih anak kecil juga mengandung pesan agar kita membuang sifat kekanak-kanakan kita yang kerap bergantung kepada tuhan selain Allah.

israel-in-egypt-sir-edward-john-poynter.jpg
Ilustrasi

Sifat kebinatangan yang menguasai manusialah yang menjadi penghalang bagi terwujudkan relasi sosial yang harmoni. Dimana-mana kita menyaksikan penindasan manusia atas manusia. Kekuasaan yang menindas rakyatnya, pemodal yang memeras pekerjanya, dan sebagaimnya.

Begitu pula dengan sifat kekanak-kanakan kita yang cenderung membuat kita bergantung pada pihak yang mampu mewujudkan keinginan kita, padahal apa yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan. Akibat dari relasi ketergantungan ini terjadilah penjajahan.

harap-1-1170x531_c.jpg

Sekali lagi, ibadah qurban adalah cermin sejarah teladan ketauhidan bahwa cara bertuhan yang benar adalah membebaskan diri dari segenap ketergantungan kepada selain Allah. Allah saja yang berhak disembah, dimintai perlindungan, dan dimintai pertolongan. Kita tidak boleh tergantung dan berpasrah diri apalagi tunduk pada kekuasaan, kebendaan, dan ciptaan lainnya. Allah yang Maha Pencipta saja yang patut disembah.

Jalan tauhid yang merdeka inilah yang memungkinkan kita untuk merdeka melaksanakan kewajiban kemanusiaan kita sebagai jalan lurus menuju ke sisi Allah. Allah memang yang wajib disembah, tapi aktivitas penyembahan yang tidak mengabaikan manusia. Ada tugas keilahian yang diletakkan di pundak hambaNya yaitu gerakan pembebasan yang membawa manusia menjadi hamba-hamba yang bahagia. Bahagia karena menyadari siapa Tuhannya, dan bahagia karena sesama hamba saling kasih mengasihi, bukan saling menindasi.


IMG_20170831_104342.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center