As an archipelagic area that is largely marine, the marine and fisheries sector is the mainstay of North Aceh Regency, Nanggroe Aceh Darussalam Province. Fishermen in Aceh Utara regency, together with the deep sea clinging to life.
Sebagai daerah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan, sektor kelautan dan perikanan menjadi andalan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Nelayan di Kabupaten Aceh utara, menyatu dengan laut dalam menggenggam hidup.
Village Ulee Reubek, District Seunudon, North Aceh District, from Lhokseumawe It takes approximately one hour's journey by motorcycle.
Kampung Ulee Reubek, Kecamatan Seunudon, Kabupaten Aceh Utara, dari Lhokseumawe Memerlukan waktu lebih kurang satu jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor.
"We are accustomed to life and greatness from the sea, so that we are one with us," said Mr. Ibrahim, one of the fishermen in Kampung Seunudon, while talking to him.
"kami sudah terbiasa, hidup dan besar dari hasil laut. Sehingga sudah menyatu dengan kami," ungkap Bapak Ibrahim, salah satu nelayan di Kampung Seunudon, saat berbincang dengan beliau.
That afternoon Mr. Ibrahim along with a number of other residents enthusiastically told how his joys rely on life as a fisherman.
Sore itu Bapak Ibrahim bersama sejumlah warga lainnya antusias menceritakan bagaimana suka-dukanya menggantungkan hidup sebagai seorang nelayan.
"We used to work in boet tempek or fishing boat, our income can be said mediocre, because the catch after sale will be divided by the owner of boet tempek," he explained.
"Kami biasa bekerja di boet tempek atau perahu penangkap ikan. Pendapatan kami bisa dikatakan pas-pasan, karena hasil tangkapan itu setelah dijual akan dibagi dengan pemilik boet tempek," jelasnya.
Mr. Ibrahim pointed out, in one boet tempek or boat for example there are 3 fishermen who work. The catch of fish of the type of cob and then they sell to agents who come to the beach. Well nasil sales it, after cut fuel costs, they share with the owner.
Bapak Ibrahim mencontohkan, dalam satu boet tempek atau perahu misalnya ada 3 nelayan yang bekerja. Hasil tangkapan ikan jenis Tongkol itu lantas mereka jual ke agen yang datang ke pinggir pantai. Nah nasil penjualan itu, setelah dipotong biaya bahan bakar, mereka berbagi dengan pemilik.
And to attract boet tempek also requires a wage to those who help, for example the weather on the beach is very happy to see boet home from the sea, they also get wages for helping draw boet tempek / boat to the beach.
Dan untuk menarik boet tempek juga memerlukan upah kepada mereka yang membantunya, misalnya kaum hawa di pinggir pantai ini sangat senang melihat boet pulang dari laut, mereka juga mendapat upah karena sudah menolong menarik boet tempek/perahu ke pinggir pantai.
Their lack of income, in addition to weather and fishing equipment, is also caused by the theft of fish using small trawls and the use of explosives and poisons.
Minimnya pendapatan mereka, selain karena faktor cuaca dan peralatan penangkapan ikan, juga disebabkan pencurian ikan dengan menggunakan pukat berukuran kecil serta penggunaan bahan peledak dan racun.
"As a result, we can be sure that fish from small to large are captured, so the fish stocks are getting thinner, or the more we seek it, the consequence is the fuel cost of swell," said Mr. Ibrahim.
"Akibatnya sudah bisa dipastikan ikan dari kecil hingga besar ditangkap. Sehingga stok ikan makin menipis, atau kian jah kami mencarinya. Konsekuensinya adalah biaya bahan bakar membengkak," ujar Pak Ibrahim.
Follow Me @muchtarudin
