HIDUPdi negeri orang tidaklah seindah drama Korea yang kerap kita saksikan di layar kaca. Adat istiadat yang berbeda membuat Warga Negara Asing (WNA) yang datang harus beradaptasi dengan lingkungan, termasuk saya. Sebagai tugas utama adalah pekerja, tentunya itulah yang menjadi prioritas yang saya lakukan di sini. Sebelum mengenal Steemit, rutinitas saya yakni bekerja, belajar, aktif berkomunitas, mengisi konten di sebuah redaksi di Taiwan, sesekali ke Redaksi Lampung. Sesekali mengikuti lomba kepenulisan.
Minggu merupakan mutual class yang kerap saya ikuti. Selama enam jam saya dan rekan-rekan harus melahap modul tebal yang benar-benar tidak nikmat untuk dibaca. Bagi saya sendiri, membaca modul ibarat mengkonsumsi obat tidur dosis tinggi, yang seketika akan membuat saya terlelap. Hahaha...Namun, demi meneguk indah masa depan, lagi ... lagi, rasa kantuk itu saya lawan.
Awal pendaftaran, rekan seakademik yang saya ambil berjumlah 15 orang, tetapi kini hanya lima orang inilah yang yang saya temui acap kali pertemuan kelas terjadi. Mereka adalah rekan sejawat dan perjuangan. Meski kami memiliki beda hobi, tetapi saling mendukung dan menyemangati. Minggu lalu, saya tidak bisa liburan. Karena suatu hal yang tidak bisa saya tinggalkan. Hingga penyerahan hadiah dan talk show pemenang lomba Short story "Dakwah dalam Keberagaman Profesi" yang diselenggarakan Forum Pelajar Islam Indonesia Taiwan (FORRMIT) tidak bisa saya hadiri.
Sebagai gantinya, panitia penyelenggara menyambangi ke tempat kuliah saya di hari Minggu. Karena beliau ingin menyerahkan langsung secara simbolik Sertifikat, door prize kepada pemenang. Pukul 12.35 waktu Taipei mereka datang ke mari. Sungguh terharu saat naskah tulisan saya yang bertajuk “Badai Pasti Berlalu” menjadi juara di perlombaan tersebut, setelah tahun lalu naskah saya tidak menjadi pemenang sama sekali. Ini membuktikan, jika kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, asalkan kita mau berusaha.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan, saat mereka menyerah.
Saat penyerahan hadiah, kami pun berbincang-bincang hangat. Mereka berjanji akan mengajak saya berkunjung ke Detention Centre, tempat di mana para Pekerja Migran Indonesia (PMI) kaburan ditahan. Di antara mereka ada yang menyerahkan diri ke polisi, ada juga yang tertangkap pihak kepolisian saat dilaksanakan PATROLI. Tempat ini sudah lama ingin saya kunjungi, tetapi memang tudak mudah untuk ke sana. Taiwan merupakan negara disiplin dalam peraturan dan tata tertib administrasi. Jika saya berkunjung ke tempat tersebut, pasti akan saya bagikan kisahnya ya rekan Steemians,...
Setelah selesai mengikuti dua mata kuliah, akhirnya selesai sudah perjuangn belajar kali ini. Jika dahulu selesai kuliah, saya gunakan untuk kongkow bareng teman-teman yang lain. Namun, setelah bergabung di Steemit, lebih khususnya setelah ada KSI-Chapter Taiwan, kongkow ala Steemian di isi dengan #promo-steemit. Karena menurut saya pribadi, Taiwan tepat yang cocok dan mudah untuk berselancar di plathform tersebut. Berdasarkan survie yang dirilis Cable.co.uk, Taiwan merupakan urutan ketiga untuk negara akses internet tercepat setelah Singapura dan Swedia. Itu sebabnya saya sangat antusias mengenalkan Steemit di Pulau Formosa ini.
Jika rekan-rekan ingin membaca postingan #promo-steem pada hari Minggu Di SINI
Begitulah rekam jejak hari Minggu kemarin Sobat, sebelum saya melakukan #promo-steem di Taipei Main station (TMS), station terkenal yang dipadati oleh WNI pada hari Minggu. Semoga suatu saat rekan-rekan Steemians di Indonesia bisa kemari yah...dan menjelajah tempat di negara dengan julukan "Pulau Daun" ini.
Tetap Semangat Berkarya
Taiwan, 10 April 2018
Salam Hangat
ettydiallova
