Di penghujung Ramadhan



Menjelang penghujung Ramadhan
Marilah kita menangis...
Jika itu dapat melapangkan gundah yang menggigit sanubari.
.
Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam. Jika itu adalah ungkapan penyesalan. Jika itu merupakan awal tekad untuk menyempurnakan tarawih dan Qiyamulail kita... .
Menangislah...
.
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa kita adalah hamba ALLAH yang lalai lagi terlena. Yang berdoa sejak 2 bulan sebelum Ramadhan, yang berlatih puasa semenjak Rajab, yang rajin mengikuti tarhib Ramadhan, tapi sampai puasa mendekati akhir masih juga mencari kekhilafan teman, masih juga tak mampu menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunah, bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah...
ALLAH tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kita masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa hitungan hari. Tak ada yang dapat menjamin usia kita sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang...
.
Menangislah...
Untuk dosa-dosa yang belum terampuni, tapi kita masih juga menambah dengan dosa baru...
.
Menangislah...
Dan selesaikan semuanya di sini, hari-hari berbaki Ramadhan ini. Kerana besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah semakin di hujung Ramadhan dan kita belum bersiap utk iktikaf. Dan lembar Quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan lembar wang menunggu untuk disalurkan melalui Infaq dan zakat. Dan malam menunggu dihiasi solat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali.

@carolinee

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center