Male & Female

image

Male & Female.

The life of the man is in the hands of women, but this debate in Indonesia should have been completed since 105 years ago, once Kang Maman opened his conclusions. There was a woman who died November 6, 1908 and was buried in Sumedang. The woman, Cut Nyak Dhien. When Teuku Umar died, his daughter Cut Gambang wanted to cry. As a mother, she just said one,

"Acehnese women are forbidden to shed tears for a martyr."

As a woman in the public sphere, on the battlefield, she says, "we were devastated, but there was never a word of surrender."

His struggle (Cut Nyak Dhien) was later described by male authors from the Netherlands depicting the strength of Indonesian women. A brave and courageous Acehnese woman is an exalted manifestation that does not give up as much as possible. And if they join the battle, it will do with energy and courage to die that is mostly more than men. That there is no more brave and fanatical nation like the Acehnese and Acehnese women than women in any nation. There is no romance that can illustrate the strength and courage of Indonesian women.

Works: Kang Mama ILK
.
image

Malam itu, ketika Indonesia Lawak Klub (ILK) Trans 7 membahas tentang Wanita Karir Vs Ibu Rumah Tangga Spesial Hari Kartini, saya begitu terhenyak mendengarkan kesimpulan yang dibacakan oleh Kang Maman, No Tolen di acara yang ditayangkan setiap Senin sampai Jumat pada pukul 20.45 WIB.

Please remember, my life is in your hand (John Lenon, Woman, 1981)

Kehidupan laki-laki itu ada di tangan perempuan, tapi perdebatan ini di Indonesia seharusnya sudah selesai sejak 105 tahun yang lalu, begitu Kang Maman membuka kesimpulannya. Ada seorang perempuan yang meninggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Sumedang. Perempuan itu, Cut Nyak Dhien. Ketika Teuku Umar meninggal, anak perempuannya, Cut Gambang mau menangis. Sebagai ibu, dia cuma mengatakan satu,

“Perempuan Aceh dilarang meneteskan air mata untuk seorang yang mati syahid.”

Sebagai perempuan di ranah publik, di medan pertempuran, dia mengatakan, “kami memang hancur, tapi tidak pernah ada kata menyerah.”

Perjuangan dia (Cut Nyak Dhien) kemudian digambarkan oleh penulis laki-laki dari Belanda yang menggambarkan kekuatan perempuan Indonesia. Wanita Aceh gagah dan berani merupakan perwujudan lahiriah yang tak kenal menyerah yang setinggi-tingginya. Dan apabila mereka ikut bertempur, maka akan dilakukannya dengan energi dan semangat berani mati yang kebanyakan lebih dari kaum lelaki. Bahwa tidak ada bangsa yang lebih pemberani dan fanatik seperti bangsa Aceh dan kaum wanita Aceh melebihi kaum wanita di bangsa manapun. Tidak ada sebuah roman pun yang bisa menggambarkan kekuatan dan keberanian kaum perempuan Indonesia.
http://liza-fathia.com/kang-maman-ilk-no-tulen-yang-bijak-dan-filosofis/

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center