ACEHNOLOGI (VOLUME 2, BAB 15) : KOSMOLOGI ACEH

E167B264-8525-4924-9AEA-9D7F25C1680D.jpg

Salam
Hay pembaca setia steemit, pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai “Kosmologi Aceh”. Sebelum jauh lebih dalam membahas Kosmologi, kita sama sama harus mengetahui dulu apa pengertiannya agar kedepan lebih paham dan mengerti arah pembahasan ini.

Dalam buku Acehnologi volume 2 bab ke 15 ini memberikan arti kosmologi adalah penjelasan tentang bagaimana manusia dan mengapa berjalan di atas bumi, dengan memahami alam, lantas menjadi pengetahuan, lalu diarahkan sebagai sebuah keyakinan, setelah itu menjadi system keyakinan, yang pada gillirannya memberikan arahan, hingga dia meninggalkan alam ini.

Untuk memahami pengertian kosmologi secara mudah yaitu sesuatu ilmu yang membahas mengenai kehidupan yang tidak hanya fisik, tetapi juga termasuk metafisik.

E97DB276-9368-4F17-B293-64E13EB8FE17.jpg

Sebelum lebih jauh, ada sedikit yang saya pahami tentang kosmologi secara pribadi. Kosmologi ini memang juga mempelajari mengenai metafisik termasuk hal nya mohon maaf seperti dunia perdukunan atau santet atau sebagai macamnya. Disini antropolog bukanlah meyakini dengan hal tersebut melainkan mempelajarinya. Ya saya percaya dengan hal yang berbau mistis, tapi tidak meyakininya sebagai keyakinan saya, karena hal ini sangat bertentangan dengan Islam. Sama seperti halnya seorang “ahli” dalam bidang santet belum tentu ia sebagai tukang santet, melainkan ia hanya mempelajari apa yang dilakukan dan semacam nya mengenai hal tersebut sehingga menjadi budaya. Disni kita harus bisa memahi dan memisahkan antara percaya dengan keyakinan kita agar kita tidak salah dalam menilai orang ketika ia hanya mempelajari agar mengetahui mengapa itu menjadi budaya, bukan dijadikan sebagai keyakinan.

Masyarakat harus memiliki pemikiran yang kosmmolgi sebagai membangun tata piker yang kosmik. Seperti halnya kosomologi modern banyak diarahkan pada sains, seperti ilmu fisika dan astronomi. Dan dalam masyarakat tradisional lebih kepada cara pandang terhadap diri dan fungsi mereka di alam semesta.
Tetapi pada dasarnya, kosmologi ini berkaitan dengan filsafat. Karena, kosmologi memberikan pengaruh terhadap pola pikir filsafat, dan filsafat menjelaskan bagaimana bentuk system kosmologi yang terbangun. Untuk memahami kosmologi tersebut kita harus memahami system yang ada di dalam masyarakat. Hal ini juga sampai kedalam ilmu-ilmu religi dalam masyarakat tersebut.

1527098257606.jpeg

Di dalam Islam pun terdapat hal-hal mengenai kosmologi, seperti halnya Allah beritakan secara lengkap di dalam Al-Qur’an, kemudian kisah-kisah Nabi yang pada umumnya tidak logis, hingga mengenai Malaikat, termasuk kisah Rasulullah yang Isra’ dan Mi’raj, yang hal ini menunjukkan perbedaan dimensi ruang dan waktu.
Kita masuk ke-pembahasan Kosmlogi Aceh, ketika Islam datang ke Aceh hampir semua tempat didirikan kerajaan, termasuk beberapa tempat perbukitan dan pegunungan terdapat makam ulama. Fenomena menziarahi kuburan ulama di Nusantara merupakan hal yang lazim, terutama di kajian spiritualisme Islam.
Hal-hal seperti salah satunya perbukitan menjadi pilihan dimana terdapat banyak makam ulama, karena tanah tinggi merupakan power dari energi bumi sehingga menjadi tempat pilihan dimana ulama ingin dimakamkan di tempat ini.
Gunung disimbolkan dengan maskulin atau lebih kepada pusat energy, dan laut disimbolkan dengan feminism. Hal ini harus diseimbangkan antara kekuatan Gunung dan Laut, karena mereka saling berkaitan, sehingga memberikan suatu spirit bagi manusia.

Di Aceh, hampir semua perilaku manusia diatur dalam reusam untuk menjaga keselarasan. Seperti contohnya, masyarakat Aceh menyangkut pautkan pekerjaan dengan alam, yaitu keunduri (hak) yang diberikan kepada alam yang juga menempati manusia pada posisi terhormat, yang ini secara budaya dan religi.
Namun, system kosmologi di Aceh berbeda dengan daerah luar terkhusus Jawa dan Sunda. Karena system kosmologi di Aceh dihasilkan oleh para ulama mengenai konsep penciptaan, mengkaji ke-alaman sehinnga mencapai dasar berfikir seingga membangun peradaban di Aceh. Kemudian menghasilkan system pengetahuan antara manusia dengan manusia diwujudkan dalam ‘adat (undang-undang), hubungan manusia dengan alam diwujudkan dalam reusam (kebiasaan), dan adapun hubungan manusia dengan Pencipat diwujudkan dalam bentuk syara’ atau hukom.
Tentu saja kosmologi ditiap daerah berbeda. Namun, tetap saja ini penting karena setiap peradaban di dunia memiliki system kosmologi, jika tidak maka peradaban tersebut tidak memiliki hubungan dengan gerak alam semesta.
Pada dasarnya kajian kosmologi ini tidak terlepas dari kajian religi, meskipun kini dikaitkan dengan ilmu sains. Dalam hal ini kita dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa kajian Acehnologi tidak semata mengenai budaya, tetapi juga menggali aspek metafisika dan meta-teori.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center