Review kosmologi

Di permulaan bulan Ramadhan ini saya akan sedikit berbagi ilmu tentang buku yang saya baca yaitu buku Acehnologi yang ditulis oleh kamaruzzaman Bustamam – Ahmad. Yang menginspirasi setiap otak kanan agar selalu menyuplai ide untuk di terima dan dituruti kehendaknya oleh otak kiri agar berpikir kritis di pembahasan yang luar biasa menuntut pembaca untuk mengakhiri bacaan hingga titik terakhir. Berikut sekilas pengulasannya:

Kajian tentang kosmologi adalah studi tentang pandangan dan hubungan suatu komunitas dengan alam, baik alam mikro maupun alam makro. Mempelajari kosmologi, akan memberikan dampak yang signifikan terhadap apa yang mempengaruhi suatu kepercayaan/ keyakinan yang dianut oleh manusia, baik itu kemudian diarahkan pada aspek kefilsafatan, maupun di dalam sistem religi yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Kosmologi memberikan penjelasan tentang bagaimana manusia dan mengapa manusia berjalan di atas bumi, dengan memahami alam, lantas menjadi pengetahuan, lalu diarahkan sebagai sebuah keyakinan, setelah itu menjadi sistem keyakinan, yang pada gilirannya memberikan arahan, hingga dia meninggalkan alam ini. Penjelasan demi penjelasan tersebut terkadang didapatkan dalam literatur para fiolosof, teolog, sastrawan, dan teosof. Karena itu, penjelasan kosmologi terkadang sangat abstrak. Ilmu kosmologi lebih banyak berlandaskan pada aspek-aspek metafisika atau metateori. Adapun pada lahiriah lebih banyak berkecimpung dengan aspek-aspek simbolik. Didalam bukunya acehnologi Kamaruzzaman Bustamam – Ahmad juga mengutip paparan dari Samer Akkach melanjutkan bahwa wilayah kajian kosmologi Islam adalah: “The Qur’an presents many references to cosmic elements - the Thone, the Footstool, the Pen, the Tablet, heaven, and earth – to the creation and resurrection, to paradise and hell, and so on, but mostly in an abstract way without weaving a complete and coherent cosmic picture.” Dalam konteks ini, ada tiga wilayah intektual yang menjelaskan secara teoritis mengenai kosmologi didalam Islam, yaitu: “theology and polemics, philosophyvand science, and hermeneutics and mysticism.” Inilah paling tidak, wilayah kajian kosmologi di dalam Islam. Di dalam ajaran Islam, berita tentang kosmologi dijabarkan secara berulang-ulang, misalnya kisah penciptaan manusia, penciptaan Malaikat, penciptaan Jin/Iblis/Syaitan, penciptaan bumi dan langit, penciptaan gunung, kisah masa depan (kiamat), gejala alam semesta, perihal binatang, perihal sistem waktu, dan lain sebagainya. Gejala-gejala dari sistem kosmologi tersebut menjadi dasar kuat mengapa manusia harus beriman kepada Allah.
Dalam tradisi orang Aceh, praktik yang berbau kosmologi memang sudah lama dijalankan. Dalam masyarakat tradisional, sistem kosmologi membentuk cara pandangan terhadap kedirian mereka dan fungsi keberadaaan mereka dialam semesta. Dengan kata lain kosmologi berada dibelakang sistem metafisika (filsafat teoritik), yang terkadang hanya mampu dimaknai oleh mereka yang mampu membaca tanda-tanda alam semesta dan kewujudan mereka ditengah-tengahnya. Namun diera sekarang, kajian kosmologi tidak menjadi perhatian utama dikalangan para pendidik generasi muda. Hal ini disebabkan, terkadang sistem kosmologi yang terbangun didalam suatu komunitas, dianggap tidak rasional, apalagi jika sudah berhubungan mitos atau lagenda. Sehingga generasi muda tidak mampu menangkap pesan-pesan alam secara baik karena tidak diajarkan untuk memahami kosmologi yang melingkupi alam kehidupan mereka sendiri.
Adapun bagi mereka yang memiliki keyakinan kosmologi bahwa bagian dari rencana Tuhan, maka mereka akan menyerap Informasi yang beredar di dunia ke dalam diri mereka, yaitu adanya hubungan antara mikro kosmos dan makro kosmos. Akibatnya, science before science akan menjadi terjelaskan kepada manusia karena sang penuntut ilmu kosmologi melihatnya dari aspek tauhidi. Ilmu manusia kepada makro kosmos ditandai dengan penafsiran terhadap sesuatu, makna, dan simbol-simbol yang mereka dapatkan melalui active inte

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now