Refleksi Kesendiraian(Indonesia)

 Ada  keluarga, teman, kekasih. Ada canda, suka, ceria, bahagia, tawa.  Semuanya hanya demi melupakan suatu yang imanen dalam diri manusia "K E T  E R L E M P A R A N" manusia ke dalam kehidupan yang kita sebut dunia.

  

Manusia terlempar  ke dunia begitu saja. Tak tahu asal-usulnya, tak mengerti untuk apa dan  mau kemana. Menjadi gelisah, resah, khawatir, takut, sepi, terbuang dan  terasing. Lantas menusia mencari-cari sebuah alasan keberadaannya,  menelusuri asal-usulnya, menerawang tujuan hidupnya demi menemukan satu  jawaban pasti yg bisa mengusir rasa keterlemparannya.  

Kemudia agama  datang dengan penjelasan berikut dogmanya. Sejarah tak berhenti  mengurainya, sosiologi meredam keterlemparan dengan interaksi,  antropologi meneropong sejauh denyut kehidupan mampu dijangkau, biologi  men-zoom-in sedalam dan sekecil pembuluh sel hingga ke DNA dan semua  disiplin ilmu bahu-membahu berusaha mengungkap rahasia apa dan kemana  akhirnya kehidupan bermuara.  

Manusia butuh  meng-"ada" untuk menenagkan dirinya. Ia tak pernah benar2 bisa hidup  dengan ketiadaan. Pikiranya selalu menuntut ada; sesuatu yang perlu utk  Ia percayai, ia pegangan, ia genggam. Manusia memerlukan ide, menuntut  konsep, melahirkan ideologi, menciptakan tips dan trik ! Semua demi  mengusir ruang kosong-bolong yg slalu mengintai sudut gelap relung  batinnya. keterlemparan yg kerap mengundang kenisbian yg sesekali waktu  meguap ke permukaan hidupnya, kegamangan yg Ia cb tampali dgn interaksi sosial, beramal-bakti, bergaul, chating, bekerja, bekluarga, beranak dan sebagainya. Namun pada akhirnya yg tertinggal hanyalah kesendirian.  

Dalam keramaian pun, pd hakikatnya kita bercakap dgn diri kita sendiri.  Berkata dlm hati sendiri, mempersepsi kehidupan secara sendirian,  memutuskan sendiri dan kelak mati pun kita bakal sendiri, dan  mempertanggung jawabkan kehidupan kita sendiri.
Selamat datang di dunia kesendirian...!
 


H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now